Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Doloksanggul. Saat Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) di bawah kepemimpinan Dosmar Banjarnahor, menggenjot program lumbung pertanian dan peternakan bagi Indonesia, para petani di kabupaten itu justru menjereit tingginya biaya produksi akibat naiknya harga pupuk. Ironisnya, harga jual komoditi seperti cabai tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Harga pupuk nonsubsidi jenis pupuk SS smophos (amonium phospat) sebelumya Rp 420.000/karung (50 kg) naik menjadi Rp 500.000/karung. Kemudian pupuk jenis NPK bass sebelumnya Rp 480.000 sekarang menjadi Rp 600.000/karung, Kemudian pupuk lainnya juga mengalami kenaikan.
"Per karung yang biasa saya gunakan untuk memupuk tanaman cabai naiknya sampai ratusan ribu, sementara harga cabai merosot di kisaran Rp 5.000 per kilogram, padahal sebelumnya Rp 18.000 pada awal Desember lalu," kata Rugun Simanullang, petani cabai di daerah Matiti, Doloksanggul kepada medanbisnisdaily.com. Senin (3/1/2022).
Rugun berharap agar pemerintah turun tangan mengawasi harga pupuk yang kian hari terus naik."Kita harapkan pemerintah turut memantau harga pupuk yang terus naik, kalau bisa di tampunglah hasil komoditi petani di cold storage yang dibangun dengan biaya milliaran. Memang naik dari pabrik atau seperti apa. Takutnya ada permainan," harapnya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Kelompok Tani Lambas Maju di Desa Matiti, Arnot Gultom. Ia mengatakan, kenaikan pupuk juga dibarengi dengan naiknya harga obat-obatan pertanian, serta harga bibit tanaman holtikultura.
"Harga obat-obatan pertanian juga naik, fungisida Wendry kemasan 200 gram yang sebelumnya Rp 80.000 menjadi Rp 110.000. Bibit tomat merek Marvel kemasan 10 gram sebelumnya Rp 230.000 menjadi Rp 300.000. Pokoknya semua naik lah," kata Arnot
Kata Arnot, dengan kondisi pupuk dan obat-obatan pertanian saat ini, idealnya harga jual cabai petani ke pasar Rp 20.000-an/kg.