Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pengamat sosial politik, Shohibul Anshor Siregar, mengomentari dilaporkannya Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, ke Polda Sumut oleh pelatih biliar, Choki Aritonang. Menurut Shohibul, silahkan saja jika Choki melaporkan Edy.
Ia mengatakan, Gubernur Edy tidak perlu terganggu dengan pelaporan itu. Edy Rahmayadi harus tetap fokus dan konsentrasi menyukseskan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Tahun 2024 mendatang di Sumut dan Aceh.
Bagaimana agar Sumut sukses dalam pelaksanaan, sukses dalam prestasi, serta sukses dalam mendatangkan investasi karena PON, adalah harus dipersiapkan oleh Gubernur Edy bersama pihak-pihak terkait.
Sebab tugas kepala daerah, kewenangan, tanggung jawab dan kewajibannya adalah bagaimana memberikan yang terbaik bagi provinsi ini di sepanjang kepemimpinannya.
"Kalaupun ada yang membawa persoalan dinamika ini ke renah hukum, silakan. Jangan terganggu dengan itu. Irama (program pembangunan olahraga) besar ini harus jalan terus, jangan terganggu konsentrasi, tugasmu besar, tugasmu memilki sejarah," ujar Shohibul kepada wartawan di Medan, Senin (03/01/2022).
Menurut Shohibul, semua pihak punya persepsi berbeda terhadap dinamika yang terjadi. Termasuk jika satu persoalan kemudian dibawa ke ranah hukum, tidak masalah.
"Tetapi saya ingin bergerak melangkah dari situ, dan tidak ingin berlama-lama. Saya ingin memberi pesan kepada Sumatera Utara untuk melihat beberapa hal yang harus kita tandai sebagai legacy (peninggalan/warisan) yang nanti terkait nama seseorang untuk dikenang oleh masyarakat di masa depan, saat jabatannya berakhir," ujar Shohibul.
Menurutnya, sejarah mencatatkan bahwa Indonesia punya pengalaman masuk Piala Dunia pada 1938 dan 1957 (Kualifikasi Piala Dunia 1958) yang didiskualifikasi karena menolak bertanding melawan Israel, sebagai sikap politik negara saat itu. Sehingga situasi itu, menjadikan negara ini memiliki gengsi tersendiri di bidang olahraga, termasuk cabang olahraga lainnya yang mendunia.
Catatan kedua, lanjut dosen yang akrab disapa Bang Shohib ini, adalah 2 nama Gubernur Sumut terdahulu yakni Abdul Hakim (1951-1953) yang berhasil membangun Stadion Teladan Medan dan kemudian membawa PON III di tahun 50’-an. Bahkan setelahnya, belum ada fasilitas yang serupa dan sebanding dengan itu.
"Sekarang ini 2022, ini kita siap-siap menerima kembali penyelenggaraan PON bersama Provinsi Aceh. Bayangkan berapa lama jaraknya (waktunya). Artinya kita punya reputasi bagus, rekam jejak yang luar biasa," jelas Shohib.
Berikutnya, kata Shohib, ada nama Marah Halim Harahap (Gubernur Sumut Periode 1967-1978) sebagai tokoh sepakbola. Membuat turnamen dengan namanya, dan itu masih teringat dan tercatat sebagai sejarah yang patut dibanggakan warga Sumut.
"Sekarang Gubernur kita (Edy Rahmayadi) sedang membuat Sport Centre. Kita berharap itu bisa memfasilitasi kegiatan olahraga yang akan berlangsung di Sumut dan Aceh (PON XXI/2024). Tentu dia akan berpikir ke arah sana. Pertama fasilitas yang menjadi representasi dari semua yang bisa mewadahi pelaksanaan PON," tambahnya.
Dari momentum yang akan datang itu, Shohib melihat perlu ada potensi yang digenjot agar Sumut bisa menorehkan prestasi membanggakan di PON mendatang, terlebih sebagai juara. Sehingga persiapannya harus dimulai sejak awal. Sedangkan saat ini, waktunya tidak begitu lama lagi.
"Karena itu harus ada perhatian, bukan hanya soal anggaran. Tetapi keseriusan untuk itu. Ini yang harus menjadi pertimbangan, daripada ribut sana-sini, mari kita memberikan usul dan saran kepada Gubernur, bagaimana supaya olahraga kita memberikan catatan yang baik dalam sejarah kita (Sumut)," sebutnya.
"Jika Abdul Hakim dan Marah Halim bisa mengukir legacy, mengapa seorang mantan Ketua PSSI tidak bisa membuat lagi di daerahnya. Saya mendorong dan menantang dia (Edy) membuat catatan yang baik," pungkas Shohibul.