Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Polemik jewer kuping terus mengundang pro kontra dari publik Sumatera Utara. Salah satunya dari Koalisi Mahasiswa Pemuda Sumatera Utara (KMPSU).
Menurut Ketua KMPSU, Ahmad Rizky Hasibuan, lebih baik polemik jewer kuping oleh Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, kepada pelatih biliar Choki Aritonang, tidak diperpanjang, terutama di ruang publik.
Sebab menurutnya mengejar prestasi olahraga di masa mendatang jauh lebih penting, termasuk bagaimana menyandingkannya dengan fasilitas sarana olahraga (Sport Center) yang kini tengah dipersiapkan Sumut sebagai tuan rumah bersama Provinsi Aceh pada PON XXI tahun 2024 mendatang.
"Oleh karena itu, jeweran itu tidak lebih sebagai bagian dari proses pembinaan yang sifatnya internal, antara pimpinan dan pegiat olahraga yang difasilitasi APBD," ujar Ahmad Rizky Hasibuan di Medan, Rabu (05/01/2022).
Lebih lanjut Ahmad Rizky mengatakan Edy Rahmayadi wajar menyampaikan kalimat yang sifatnya evaluasi kepada siapapun yang terlibat pada pelaksanaan PON XX Papua, dimana Sumut berada di peringkat 13.
"Saat itu kan Gubernur bicara soal bagaimana meningkatkan prestasi olahraga setelah kita melewati PON Papua, tanpa bisa masuk 10 besar. Makanya Gubernur sering menyebutkan, jumlah penduduk Sumut banyak, empat besar. Harusnya kita bisa punya banyak potensi atlet yang bagus dan pestasi yang luar biasa. Pelatih juga kan digaji dari APBD untuk mengukir prestasi olahraga kita," katanya.
Selanjutnya tambah Ahmad Rizky, apa yang disampaikan dan yang terjadi saat itu lebih bersifat internal, koordinatif antara gubernur dengan penyelenggara olahraga, termasuk pelatih yang bertanggung bertanggung jawab melatih atlet. Sehingga pernyataan Edy Rahmayadi yang menyebutkan kata jewer sayang (tanda sayang), masih masuk akal.
"Saya kira jika ada perkumpulan antara pelatih dan para atlet, evaluasi dengan cara menegur hingga peringatan fisik itu biasa saja. Tujuannya kan agar atlet bisa lebih serius dan memacu semangat agar berlatih lebih keras lagi. Intinya untuk menggenjot prestasi kan. Sama halnya dengan pelatih, mungkin Gubernur merasa perlu memberikan motivasi," katanya.
"Setahu saya, pelatih juga kan dibiayai APBD. Terus, yang terakhir kali, pelatih dan atlet yang berhasil menyabet mendali (di PON Papua), diberikan bonus sampai Rp 11,1 miliar waktu itu," sebut Ahmad Rizky lagi.