Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
DALAM karya fenomenalnya, Animal Farm (1945), Eric Arthur Blair dengan nama pena George Orwell, mengisahkan cerita apik kawanan hewan ternak milik seorang pria bernama Jones. Dikisahkan, telah terjadi pemberontakan di peternakan oleh dua ekor babi bernama napoleon dan snowball.
Napoleon dan snowball merupakan tokoh cerdas. Kedua karakter ini memiliki sifat yang unik, dipercaya oleh para ternak untuk memimpin gerakan revolusi. Singkat cerita, para hewan dengan dipimpin kedua babi itu berhasil merebut peternakan, lalu mengubah namannya dari peternakan manor, manor farm menjadi peternakan binatang, animal farm.
Snowball digambarkan Orwell sebagai sosok yang tidak tertarik dengan jabatan, namun tergila-gila dengan pembangunan. Banyak hal yang sudah ia kerjakan, terutama rancangan kincir angin yang menjadi tumpuan hidup bagi para hewan pemberontak untuk bercocok tanam.
Napoleon sebaliknya, sosok bengis berani melakukan apapun demi merebut kekuasaan. Mengklaim konstruksi kincir angin Snowball, bahkan membunuhnya. Walau begitu, Napoleon merupakan sosok pribadi yang kalem, tak banyak berbicara serta bersahaja di depan para hewan.
Egois dan Binatangisme
Squirell merupakan karakter selanjutnya yang ditulis Orwell sebagai penyambung lidah Napoleon; terutama dalam mengarang narasi penyelewengan oleh sang tiran. Meskipun ia tahu bahwa Snowball telah dibunuh oleh Napoleon, ia tetap melaksanakan perintah untuk menggiring opini publik.
Squirell digambarkan Orwell sebagai seekor babi yang memiliki kecakapan berkata-kata. Ia merupakan orator ulung dimana memutarbalikkan fakta hitam menjadi putih, putih menjadi hitam bukanlah hal pelik baginya. Penaklukan pikiran para ternak bisa dibilang sebagian besar berkat jasa bibir dan lidah Squirell.
Dalam kondisi Squirell, Orwell menceritakan bahwa situasi yang menjadi alasannya, bukan kondisi psikologis. Melainkan karena kondisi sosial dan politik, kediktatorian.
Kepemimpinan mutlak Napoleon mengikis secara perlahan aturan peternakan hewan, mendaur kezaliman menjadi “kebenaran” yang harus dipercaya dan musti diikuti. Di sinilah Squirel terjebak.
Squirell bagai berdiri di antara dua bara api. Di satu sisi jika ia memimpin kawanan hewan yang mendukung Snowball, ia akan dibunuh oleh Napoleon. Namun jika berpihak pada sang tiran, ia akan selamat.
Lantas, ia mutlak berpihak pada penguasa sekalipun itu benar atau salah, tak ada keraguan dalam dirinya. Ia memiliki kecerdasan, namun defisit pendirian. Orwell menggambarkan Squirell licik, ia tak peduli sekalipun melihat kejahatan itu sendiri di hadapan matanya.
BACA JUGA: Memandang Desa
Tindakan Squirell seperti yang dinyatakan oleh Thomas Hobbes sebagai kondisi alamiah, selfish, selalu mengutamakan keselamatannya terlebih dahulu, self-preservation.
Squirell terlihat tak cemas akan propaganda yang diusung oleh Napoleon, perang semua melawan semua, bellum omnium contra omnes, ia memilih untuk bersikap apatis terhadap kejahatan.
Apa itu binatangisme? Kira-kira serupa dengan tindakan manusiawi, actus humanus sebuah tindakan yang diambil seorang manusia untuk mengamankan dirinya. Tindakan ini cenderung mengedepankan sifat egoistik, rakus dan memiliki kepekaan yang lemah terhadap lingkungan sekitar. Tak jarang pula menyangkal sesuatu dengan mengesampingkan empati persis seperti mohon maaf, seekor binatang.
Berbeda dengan tindakan manusia, actus hominis mengedepankan adab dengan etika, moral sebgai ide landasannya dan pertimbangan sebelum bertindak. Menurut Aristoteles, manusia beradab akan mengedepankan perasaan sebelum bertindak.
Manusia merupakan anugerah penciptaan Tuhan yang paling mengagumkan, karena dianugerahi akal budi. Eksistensi manusia atas tindakan, perencanaan, pengambilan keputusan, dan evaluasi didasarkan-Nya atas moralitas dan etika. Oleh karena itu Tuhan mengamanatkan kepada manusia untuk melindungi setiap makhluk hidup, belajar dan terus belajar.
Dewasa ini banyak manusia yang sulit memilah, bertindak gegabah; menjadikan manusia bukan lagi sebagai pelindung justru menjadi ancaman bagi makhluk hidup lain. Tindak pidana korupsi, perusakan lingkungan, praktik jual beli jabatan adalah realisasi nyata dari tindakan manusiawi. Seperti anggapan napoleon, hanya kawanan babi yang berkuasa jika ada yang membelot—seperti Snowball. Sikat!
Orwell tegas menggarisbawahi tindakan kebintangan selalu mengkotak-kotakan pendidikan, Napoleon memprioritaskan pendidikan untuk anak-anak babi. Anak-anak hewan lain buta huruf, minim literasi dan hanya patuh pada satu nama, “Napoleon”. Alhasil tak ada keahlian dan keterampilan kecakapan kerja, hanya ada satu kalimat yang selalu diingat “bekerja keras lebih keras untuk memuaskan nafsu para babi".
Refleksi
Seperti kata pepatah, orang yang paling jahat bukanlah pembunuh, pencuri atau perusak, yang paling jahat justru adalah orang baik yang mendukung kejahatan.
Squirell adalah satu-satunya hewan ternak yang tahu kejahatan Napoleon atas Snowball. Bukannya memberitahukan, Squriell justru bersikap egois, menyampaikan kebohongan di hadapan publik. Ia telah menggugurkan toleransi pada kesepakatan awal, mengobok-obok obsesi menjadikan para hewan lupa akan makna sakral revolusi dan membuat mati semangat literasi, seperti yang dimiliki snowball.
Melalui kisah Animal Farm, Orwell hendak menyampaikan bahwa moral dan etika dalam bertindak senantiasa berbenturan dengan nafsu kebinatangan. Penting untuk merenung, merefleksikan tindakan kritis sebelum bertindak, memilah antara moral atau hanya sekedar nafsu.
Tidak perlu terburu-buru untuk berubah. Justru dengan begitu menurut Orwell, akan bernasib sama dengan Boxer. Digambarkan Orwell, kuda hitam itu mempertaruhkan segenap hidupnya untuk Napoleon. Orwell menggambarkan Boxer sangat kuat, tapi bebal, sulit mengubah mindset, walau diingatkan oleh Clover; kuda betina yang curiga dengan Napoleon.
Pada saat Boxer tak mampu lagi untuk bekerja, masa pensiun yang selalu dijanjikan Napoleon padanya tak pernah terpenuhi, ia bahkan dikirim ke tempat penyembelihan hewan.
Orwell hendak mengajak kita untuk mampu berpikir lebih dalam, menilai dan bertindak supaya pendirian kita jelas dan kuat, serta tak takut dengan segala macam ancaman. Memegang teguh prinsip tindakan manusia, sehingga kita sulit terjerumus ke dinamika kejahatan sama atau bahkan lebih keji dari yang dilakukan napoleon.
Kesadaran berpikir harus dilakukan melalui penguatan karakter, terutama bagi generasi masa depan bangsa. Para orang tua juga musti terlibat di dalam agenda ini sebagai co-facilitator bagi anak-anak agar mendapatkan pendidikan yang layak, setiap anak harus seambisius snowball, mementingkan kawanan lebih dari dirinya sendiri.
Mendorong anak-anak untuk terlibat dalam bakti sosial juga patut dicoba, diharapkan anak nantinya memiliki kepekaan terhdap lingkungan sekitarnya. Ilmu-ilmu sosial dan lingkungan jangan sampai dianaktirikan oleh pembelajaran yang mengedepankan pembangunan ekonomi semata, atau hanya sekedar berkutat pada besaran gaji.
Melalui penguatan karakter melibatkan etika dan moral, kiranya pendidikan kita nantinya mampu melahirkan generasi bangsa yang idealis, memiliki sikap yang jelas terhadap kemanusaian. Agar mampu menekan penyebaran wabah squirell yang merenggut rasa empati, membiarkan dirinya terjebak dalam dinamika konstruksi kejahatan napoleon.
====
Penulis aktif sebagai volunteer di Lembaga Advokasi dan Kebijakan ELSAKA SUMUT.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]