Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jalan tol Kayu Agung - Palembang-Betung menelan korban. Kecelakaan maut terjadi dan merenggut nyawa seorang pengendara mobil bernama Febi Khairunisa (21).
Wanita itu tewas akibat mobilnya mengalami kecelakaan setelah menghindari jalan berlubang di jalan tol. Kondisi jalan di tol tersebut memang sangat bermasalah, pengguna jalan juga sering mengeluhkannya.
Bicara soal kualitas jalan tol, dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dipublikasikan di website BPJT Kementerian PUPR memang banyak standar yang tidak dipenuhi pada jalan tol yang satu ini. Data paling baru yang tersedia adalah SPM jalan tol per semester I 2021.
Dilihat detikcom, Senin (10/1/2022), jalan tol Kayu Agung-Palembang-Betung untuk kondisi jalannya banyak yang belum memenuhi standar indikator. Mulai dari indikator lubang, rutting, dan retak.
Tidak sampai di situ saja, pada aspek keselamatan sederet indikator juga tidak bisa dipenuhi jalan tol yang satu ini. Mulai dari kelengkapan dan kejelasan perambuan, jumlah dan reflektivitas marka jalan, dan jumlah reflektor sebagai pemandu di pinggir jalan.
Lalu, indikator lain yang belum dipenuhi adalah penerangan jalan umum yang lampunya harus menyala 100%. Kemudian, indikator berikutnya yang tidak dipenuhi adalah pengamanan dan penegakan hukum dengan adanya keberadaan Polisi Patroli Jalan Raya (PJR) yang siap panggil 24 jam.
Dalam catatan detikcom, sopir truk yang sering menggunakan tol ini juga mengeluhkan kondisi jalan tol Kayu Agung-Palembang-Betung yang buruk. Ketua Komunitas Sopir Truk RST Sumsel Apriyadi mengatakan ruas tol tersebut merupakan tol paling ekstrem yang pernah dilalui.
"Wah kalau tol itu memang tol paling ekstrem. Tak layaklah dilalui. Semua sopir dari Jawa rata-rata ngakunya sama, ada yang patah as roda, ada yang patah per, banyaklah segala macam kendala di tol itu. Intinya, tol itu tol paling ekstrem yang pernah kami lalui. Sudah bayarnya mahal, tapi kondisi jalannya parah banget," ungkap Apriyadi dihubungi pada Sabtu (8/1/2022).
Pengelola tol pun sempat memberikan penjelasan soal lubang dan jalan bergelombang di ruas tol yang membuat adanya kecelakaan. Pengelola mengklaim sudah mengikuti dan mematuhi standar pelayanan minimum (SPM). Kondisi jalan yang buruk terjadi disebut karena adanya truk obesitas.
"Kalau kita dari sisi pengelola jalan tol tentunya harus mematuhi standar pelayanan minimum, itu sudah kita lakukan. Namun satu hal kenapa di jalan tol bisa terjadi ini (kecelakaan), itu dalam kondisi cuaca curah hujan yang cukup tinggi dan juga overdimension dan overloading (ODOL), itu yang menyebabkan kondisi jalan cepat rusak," kata Manajer Operasi Waskita Sriwijaya Tol, Sabdo Hari Mukti, melalui Sekretaris Perusahaan Alex ketika dimintai konfirmasi detikcom, Sabtu (8/1/2022).(dtf)