Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Texas. Seorang pria bersenjata sempat menyandera empat orang di sebuah sinagoge di Dallas, Texas, Amerika Serikat (AS), sebelum akhirnya pelaku ditemukan tewas di lokasi. Otoritas federal AS mengidentifikasi pelaku sebagai warga negara Inggris.
Seperti dilansir Reuters, Senin (17/1/2022), aksi penyanderaan di sinagoge Congregation Beth Israel di Colleyville, yang berjarak 25 kilometer sebelah timur laut Fort Worth, Texas itu berakhir dengan baku tembak pada Sabtu (15/1) malam waktu setempat, setelah otoritas berwenang melakukan pengepungan sepanjang hari.
Empat sandera, yang terdiri atas seorang rabi dan tiga orang lainnya, berhasil dibebaskan tanpa luka-luka sedikitnya.
Pelaku ditemukan tewas di lokasi, namun belum jelas apakah dia menghabisi nyawanya sendiri atau tewas akibat tembakan agen Biro Investigasi Federal (FBI) yang menggerebek lokasi penyanderaan.
Saat penyanderaan berlangsung tegang selama 10 jam, pelaku dilaporkan menuntut pembebasan seorang ilmuwan kelahiran Pakistan yang tengah dipenjara di penjara area Dallas-Fort Worth. Pelaku mengklaim dirinya sebagai saudara laki-laki dari ilmuwan bernama Aafia Siddiqui itu, yang dipenjara selama 86 tahun atas kasus penembakan tentara dan agen FBI.
Pada Minggu (16/1) waktu setempat, FBI mengidentifikasi pelaku sebagai Malik Faisal Akram (44) yang berkewarganegaraan Inggris. Tidak disebutkan lebih lanjut bagaimana atau kapan dia masuk ke wilayah AS.
Saudara laki-laki Akram, Gulbar, menyatakan via Facebook bahwa pelaku yang berasal dari Blackburn, Inggris bagian utara itu menderia penyakit mental. Gulbar menuturkan bahwa pihak keluarga menghabiskan semalaman di Kepolisian Blacburn untuk membantu proses negosiasi di Texas.
"Tidak ada yang bisa kami katakan kepadanya atau kami lakukan yang akan meyakinkan dia untuk menyerahkan diri," tulis Gulbar pada halaman akun Facebook milik Blackburn Muslim Community.
Dia menegaskan bahwa pihak keluarga menentang tindakan Akram di AS. "Kami ingin mengatakan bahwa kami sebagai keluarga tidak memaafkan tindakannya dan ingin meminta maaf dengan tulus kepada semua korban yang terlibat dalam insiden yang sangat disayangkan itu," tegas Gulbar.
Secara terpisah, Kepolisian Manchester di Inggris pada Minggu (16/1) waktu setempat mengumumkan bahwa unit anti-teror telah 'melakukan dua penangkapan terkait insiden' di Texas. Disebutkan bahwa dua remaja ditangkap dan diinterogasi terkait aksi penyanderaan tersebut.
Tidak diketahui secara jelas keterkaitan kedua remaja itu dengan pelaku penyanderaan di Texas.
Presiden AS, Joe Biden, dalam pernyataannya menyebut aksi penyanderaan di Texas itu sebagai 'aksi teror'. "Diduga -- saya tidak memiliki semua faktanya, demikian juga Jaksa Agung -- namun diduga dia mendapatkan senjatanya di jalanan," sebutnya.(dtc)