Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Cerita Grace Anggelina Sianipar, siswa SMKN 1 Sidikalang, yang terpaksa tidak sekolah karena sudah 6 bulan tak membayar uang sekolah (SPP), sampai kepada Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi.
Bahkan orang nomor satu di Sumut itu berjanji membantu Grace. Gubernur Edy Rahmayadi akan membayarkan uang sekolah siswi kelas XI UPW 1 tersebut.
"Kita kasih uang sekolah nanti dia. Kita bantu asal betul-betul seperti itu ya, kita akan cek," ujar Edy Rahmayadi saat dikonfirmasi wartawan di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Senin (24/01/2022).
Ia langsung mengkoordinasikan pembayaran uang sekolah itu kepada Asisten Pemerintahan dan Kesra, M Fitriyus, yang berada di sampingnya.
"Eh itu nanti cek, itu ada katanya ada siswa SMK di Dairi, di Sidikalang, tak punya uang, tak bisa bayar uang sekolah, disuruh mundur, nah cari. Kalau dia memang pintar orangnya, bayar uang sekolahnya," jelas Edy.
Sebelumnya diberitakan, Minggu (23/01/2022), Elfrida br Manullang, ibu Grace yang ditemui di rumah kontrakan di Perumnas Lae Mbulan, Minggu siang mengatakan, anaknya tidak lagi bisa bersekolah lantara belum melunasi uang SPP 6 bulan. Kabar dari teman-teman sekelasnya kalau nama putrinya itu sudah dicoret dari sekolah.
"Saya sudah tiga kali dipanggil ke sekolah terkait masalah uang SPP sekolah anak saya. Saya sudah memohon untuk diberi keringanan waktu untuk melunasi SPP, tetapi pihak sekolah tidak mau tahu," ucapnya sedih.
Mirisnya lagi, pihak sekolah malah memberi surat pernyataan pengunduran diri dari sekolah. Namun, surat yang di dalamnya tertera nama Paulus Pandiangan Saing selaku kepala sekolah tersebut, sampai saat ini belum ditandatangani karena ia masih ingin putrinya kembali bisa bersekolah.
"Saya masih ingin anak saya bisa kembali bersekolah demi masa depannya," ungkap Elfrida Manullang.
Walaupun tidak bisa kembali sekolah di SMKN 1 Sidikalang, Elfrida mengaku telah meminta surat rekomendasi dari sekolah agar anaknya bisa pindah ke sekolah lain. Akan tetapi pihak sekolah tidak mau memberikan surat pindah sebelum melunasi uang SPP dan uang atribut.
"Pihak sekolah tidak mau memberi surat pindah sebelum melunasi uang SPP," tuturnya.
Pada Senin (24/01/2022), Kepala SMKN 1 Sidikalang, Paulus Pandiangan Saing, membantah kalau pihaknya melakukan pencoretan terhadap Grace, salah seorang siswinya, lantaran tidak bayar uang sekolah.
"Kami tidak pernah melakukan pencoretan, karena sampai saat ini data siswi berinisial GS masih terdaftar di SMKN 1 Sidikalang dan ada di Data Pokok Pendidikan (Dapodik)," ujar Paulus saat memberi keterangan pers, Senin (24/01/2022), di aula Hotel SMKN 1 Sidikalang.
Masalah SPP, kata Paulus, siswa/siswi di sekolah yang dipimpinnya tidak pernah dikaitkan dengan SPP untuk menerima layanan sekolah. Sampai sekarang ini ada siswa yang bermasalah SPP-nya satu tahun dan masih aktif sekolah.
"Hanya saja tugas guru mengingatkan dan memotivasi masalah pembayaran uang sekolah kepada siswa/siswi. Untuk sekolah di SMKN 1 Sidikalang uang SPP-nya 50.000 rupiah per bulan,” sebutnya.
Sebenarnya uang SPP yang ditetapkan komite di sekolah ini Rp 85.000, tetapi siswa/siswi hanya membayar Rp 50.000 dan sisanya Rp 35.000 di support dari BOP Provinsi Sumut. Kata Paulus, Grace juga tidak pernah dipulangkan dari sekolah karena SPP.
Dari pengakuan wali kelasnya, Grace sudah lama tidak sekolah dan guru telah mencari apa masalahnya dia tidak mau sekolah. Wali kelasnya juga sampai berkunjung ke rumahnya.
Adapun surat pernyataan pengunduran diri yang diberikan kepada orang tua Grace, karena setiap hari Senin sekolah yang dipimpinnya ada evaluasi kehadiran siswa/siswi. Gara-gara siswa ini banyak absennya, kelasnya tidak bisa menjadi yang terbaik.
"Wali kelasnya kemudian minta ketegasan kepada siswi ini, kalau mau sekolah silahkan datang ke sekolah dan kalau tidak mau lagi silahkan buat surat pengunduran diri," terang Paulus.
Menurutnya lagi, sejak pandemi covid-19, sekolahnya membuat relaksasi peraturan. Sesuai peraturan di sekolah tiga kali berturut-turut tidak datang panggilan pertama, selanjutnya panggilan kedua dan panggilan ketiga juga tidak datang akan diberhentikan.
"Kami tidak mau memberhentikan atau mencoret siswa/siswi tanpa ada pernyataan resmi dari orang tuanya kalau anaknya tidak mau lagi sekolah. Itu yang dilakukan wali kelasnya siswi ini, ujarnya.
Ditambahkannya, sampai sekarang ini belum ada surat permintaan pindah siswa/siswi di mejanya. "Kalau ada, sekarang juga pasti akan saya tanda tangani," tegasnya.