Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Bank Indonesia (BI) mencatat pada data transaksi 24-27 Januari 2022 nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp 5,34 triliun.
Dalam Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah disebutkan ini terdiri dari jual neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 5,32 triliun dan jual neto di pasar saham Rp 0,02 triliun.
Kemudian berdasarkan data setelmen sampai dengan 27 Januari 2022, non residen jual neto Rp 2,34 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 5,72 triliun di pasar saham. BI juga mencatat premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun naik ke level 88,81 bps per 27 Januari 2022 dari 86,60 bps per 21 Januari 2022.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengungkapkan bank sentral juga mencatat berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Januari 2022, perkembangan harga pada Januari 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,53% (mtm).
"Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Januari 2022 secara tahun kalender sebesar 0,53% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,15% (yoy)," jelas dia dalam siaran pers, Jumat (28/1/2022).
Penyumbang utama inflasi Januari 2022 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) sebesar 0,12% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,09% (mtm), tomat dan beras masing-masing sebesar 0,05% (mtm), telur ayam ras, sabun detergen bubuk/cair dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,03% (mtm), bawang merah sebesar 0,02% (mtm), cabai rawit, minyak goreng, jeruk, mie kering instan, bawang putih, kangkung, gula pasir dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi yaitu cabai merah sebesar -0,05% (mtm) dan tarif angkutan udara sebesar -0,02% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," jelas dia.(dtf)