Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Hasil sejumlah capaian kinerja ekonomi selama 3 tahun memimpin Provinsi Sumatera Utara disampaikan Gubernur Edy Rahmayadi kepada wartawan, Jumat (28/01/2022). Ia juga menyampaikan target-target sampai akhir masa jabatannya bersama Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah atau yang akrab disapa Ijeck, pada 5 September 2023.
"Namun tiga tahun pimpin Sumut, sampai tahun 2019 itu fokus bayar hutang (ke pemkab/pemko). Masuk 2020 masuk dia tamu tak diundang (covid-19)," ujar Edy Rahmayadi didampingi Pj Sekdaprov Sumut, Afifi Lubis.
Ia menyebutkan hingga Maret 2021, tingkat kemiskinan di Sumut mencapai 9,01%. Kemiskinan itu menurun tipis dari 2020 sebesar 9,14%, namun naik dari 2018 sebesar 8,94% dan dari 2019 sebesar 8,63%.
Disebutkannya tingkat kemiskinan 9,01% hingga pada Maret 2021 itu menjadikan Sumut di urutan ke-17 dari 34 provinsi di Indonesia. "Saya mau turun, turun, turun. Untuk bisa turun ini, bantu sama-sama kita, tak bisa kalian sendiri yang kerja," kata Edy.
Untuk tingkat pengangguran terbuka, Sumut mencatatkan 6,01% pada akhir Maret 2021, sekaligus menjadikan Sumut urutan 11 dari 34 provinsi di Indonesia. Pada 2018-2020, yakni 5,55%, 5,39% dan 6,91%.
"Kita sudah lumayanlah. Tapi lumayan saja, kek gini kita masihan. Saya tak mau cerita lumayan. Eh saudara-saudara saya, saya ini sekarang sudah 40 menerima award. Banggakah saya menerima award?. Rakyat saya masih susah, untuk apa saya bangga-banggakan," kata Edy.
Sementara koefisien gini atau gini rasio (ketimpangan pendapatan) Sumut pada Maret 2021 mencapai 0,31, yang artinya semakin mendekati kesempurnaan distribusi pendapatan masyarakat.
Koefisien gini ini relatif sama dibanding 2018-2020. "Kita berada di posisi 29. Ini yang perlu kita urus, kita harus segera bergerak. Ini kita tunggu ini, posisi kita di nomor 29," sebut Edy.
Kemudian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumut sampai September 2020 sebesar 71,77. Posisi Sumut berada di urutan 14 secara nasional. Pada 2018 sebesar 71,18 dan 2019 sebesar 71,74.
"Jadi kalau ada orang mengatakan jelek sekali, merasa, perasaan hidup di Sumatera Utara, eh ini pake ini ni, jangan asal ngomong aja. Saya sudah membaik ini Sumatera Utaraku. Ini bukan saya yang bikin, saya hanya menghitung bersama-sama dengam BI dan BPS, OJK, ini tak main-main ini," tegas Edy.
Soal kinerja dari sisi Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumut atas dasar harga berlaku, juga disampaikannya. Pada tahun 2020, PDRB Sumut di urutan 5 di Indonesia. Sedangkan PDRB perkapita di urutan 12 di Indonesia.
"Paten kita ini, yang kemarin ada disini (urutan 24), sudah naik kita kemari (urutan 5). Janganlah suka orang asal ngomong aja," sambung Edy.
Sebelumnya soal proyeksi indikator makro, Gubernur Edy menyebutkan target kinerja ekonomi Sumut 2022-2023, yakni pertumbuhan ekonomi 4%-5% dan 5%-6%, kemiskinan 7,90%-8,90 dan 7,80% dan 8,80%, pengangguran terbuka 5,50%-5,75% dan 5,25%-5,50%
Kemudian IPM 2022-2023 sebesar 72-72,50 dan 72,50-73, koefisien gini 0,311 dan 0,309, laju inflasi 2,25% dan 2%, PDRB perkapita (dalam juta rupiah) 57-59 dan 59-61, serta penurunan emisi gas rumah kaca 31,06 juta ton CO2eq dan 35,55 juta ton CO2eq. (benny pasaribu)