Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padangsidimpuan. Samsul (43) memanfaatkan batok kelapa jadi arang yang bernilai ekonomis. Ide kreatifnya muncul di masa pandemi Covid-19, di tengah banyak orang tak berdaya.
"Sekarang penjualannya masih secara eceran, untungnya lebih besar ketimbang jual dalam partai besar," ujar Samsul, Rabu (2/2/2022).
Samsul menjelaskan mulai merintis penjualan arang batok kelapa secara eceran atau retail sudah setahun lalu dan kini mulai dikenal kalangan masyarakat Kota Padangsidimpuan. Untuk pengembangan, dia akan mencoba membuka pangsa pasar baru mulai dari luar kota yang dekat Kota Padangsidimpuan.
Untuk harga jual untuk partai besar ke Medan cuma Rp. 7.000 per kilogramnya dengan menanggung ongkos sendiri. Sedangkan penjualan retail, harganya mulai dari Rp 9.000 hingga Rp. 11.000 per kilogram.
Ide memulai usaha arang batok kelapa diinspirasi pandemi Covid 19 yang telah berdampak buruk terhadap ekonomi masyarakat di dunia internasional. Pandemi merusak sendi-sendi ekonomi mulai usaha kecil hingga level usaha besar. Dalam situasi demikian banyak orang banting stir mencari usaha baru yang cocok dimasa pandemi.
Samsul merupakan pegawai di salah satu kantor pemerintah di Kota Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara. Situasi sulit seperti ini dia ingin mendapatkan hasil lebih. Karena berharap dari gaji ASN golongan rendah tak seberapa.
Ayah tiga orang putra dan dua putri ini memanfaatkan batok kelapa yang dibeli dari warga yang mau mengumpul tempurung. Tempurung atau batok itu dibakar, nyala apinya dipadamkan dan arangnya diambil untuk dijual.
Hasil pembakaran itu dibersihkan, caranya memisah sabut bakar dengan arang tempurung. Kemudian kedua sisa pembakaran ini dikumpul dan dimasukkan ke karung plastik.
Warga Kelurahan Panyanggar, Kota Padangsidimpuan ini mengatakan, penjualan arang tempurung sudah pernah dijual skala partai besar keluar daerah beberapa bulan lamanya, bahkan sempat hitungan tahun. Tetapi melihat kondisi ekonomi yang makin tidak menentu, pikiran beralih melakukan penjualan secara retail. Penjualan dilakukan untuk memenuhi permintaan dalam daerah kabupaten/kota wilayah Kota Padangsidimpuan dan sekitarnya.
Sebelumnya dalam satu bulan ia mampu mengirimkan arang batok kelapa ke Medan hingga 10 ton. Namun karena pandemi covid-19, permintaan arang batok kelapa dari pabrik briket Medan menurun, sehingga daya jualnya menjadi lesu.
Untuk antisipasi berhentinya produksi dan pengangguran terhadap karyawannya dia terus berproduksi kendati tidak sebanyak sebelumnya. Dia berharap adanya peran pemerintah untuk membina usaha yang sudah dirintisnya dari awal. Dia juga berharap adanya solusi dari permodalan usaha yang dirasa belum cukup untuk pengembangan usaha.