Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padangsidimpuan. Suratmi (42) pemilik usaha stik ubi ungu masih bertahan kendati harga minyak mengalami kenaikan diperparah Covid-19. Berburu minyak harga murah dari pasar murah dilakukan demi produksi.
Jatuh ditimpa tangga adalah cobaan kini dirasakan pelaku usaha rumahan seperti Suratmi. Terdampak Covid-19 dan kenaikan harga minyak goreng membuat usahanya lemah gemulai, produksi jadinya menurun akibat biaya produksi mahal.
"Penjualan menurun, harga minyak goreng mahal kita terpaksa mengurangi produksi," ujar Suratmi Pemiliki usaha rumahan stik ubi ungu di Sibaganding, Sitamiang, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kota Padangsidimpuan, Kamis (10/2/2022).
Sebelumnya Suratmi bisa menggoreng 400 kg lebih namun saat ini cuma 200 kg saja sehari. Itupun sesuai permintaan dari pedagang yang menjadi langganan.
"Permintaannya sedikit, jadi gorengnya sedikit saja," kata Suratmi.
Suratmi memulai usaha pembuatan stik ubi ungu pada Tahun 2017. Keahliannya yang dipelajarinya lewat pelatihan membuatnya mampu menambah pundi-pundi keluarga.
"Modal awalnya sedikit mas dibawah lima jutaan," katanya.
Dia sangat bersyukur dari usaha stik ubi ungu ini mampu mengurangi beban suami yang hanya buruh bangunan.
Suratmi tercatat sebagai salah satu penerima Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) pada tahun 2021 lalu sebesar Rp 1,2 Juta. Dari bantuan tersebut berdampak positif bagi kemajuan usahanya.
Sempat punya orderan banyak namun pertengahan Tahun 2020 kembali surut akibat Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pemerintah dalam memutus mata rantai Covid-19 yang sangat tinggi saat itu,"katanya.
Diperparah pada tahun 2021 usaha rumahan yang menggunakan minyak goreng kembali terseok akibat harga minyak goreng mencapai Rp.19.000/kg padahal sebelumnya hanya berkisar Rp.12.000 -Rp.13.000/kg