Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Seiring terus meningkatnya angka penyebaran Covid-19, mendorong bertambahnya jumlah kasus aktif di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Bahkan, berdasarkan data milik Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, pada Jumat (11/2/2022), jumlah pasien Covid-19 yang tengah menjalani perawatan tersebut telah mencapai 3.803 orang.
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sumut dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, jumlah kasus aktif ini didapatkan setelah kembali diperolehnya 612 kasus konfirmasi positif baru, dari 30 Kabupaten/Kota, sehingga total akumulasinya naik menjadi 110.202 orang. Angka terbanyak didapatkan dari Kota Medan dengan 350 orang, Deli Serdang 69 orang, Pematangsiantar 50 orang, Simalungun 28 orang, Binjai dan Gunungsitoli 18 orang dan Karo 10 orang.
"Sedangkan untuk kasus sembuh hanya didapatkan penambahan 61 orang menjadi 103.493. Jumlah itu didapatkan dari enam Kabupaten/Kota dengan jumlah terbanyak dari Medan 50 orang, Deliserdang tujuh orang serta masing-masing satu orang dari Sibolga, Tapanuli Utara, Dairi dan Mandailing Natal," ungkapnya.
Selain itu, Aris juga mengakui, terdapat satu kasus kematian baru akibat Covid-19 dari Kabupaten Dairi, sehingga totalnya menjadi 2.906 orang. Oleh karena itu, melalui data-data tersebut, maka diketahui jumlah kasus aktif Covid-19 Sumut naik dari 3.253 menjadi 3.803 orang.
Sementara itu, Aris juga mengakui, berdasarkan grafik penambahan pemakaian tempat tidur Covid-19 di rumah sakit se-Sumut, juga terjadi penambahan sebanyak 48 pasien. "Hal ini menunjukkan terjadinya trend penambahan pemakaian tempat tidur yang berbanding lurus dengan semakin banyaknya masyarakat terkonfirmasi," pungkasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Mutia Nimpar mengakui, angka penularan Covid-19 di lingkungan sekolah khususnya di Kota Medan belakangan ini mulai terjadi peningkatan, sehingga enam sekolah terpaksa sampai dihentikan sementara pembelajaran tatap muka terbatasnya. Menurutnya, banyak penularan virus corona yang terjadi di lingkungan sekolah dilatarbelakangi oleh banyak faktor.
"Bisa saja terjadi (penularan) dari gurunya, dan bisa juga dari muridnya. Artinya, banyak faktor dan tergantung dari kasus penyebaran pertama kalinya di lingkungan sekolah," katanya.
Mutia menyebutkan, penularan Covid-19 memang sudah terjadi secara transmisi lokal, tidak hanya karena berpergian saja. "Karenanya begitu ada kasus baru terkonfirmasi positif, maka langsung dilakukan tracing terhadap kontak eratnya," ucapnya.
Disinggung penularan Covid-19 di lingkungan sekolah adakah yang tertular varian omicron, Mutia mengaku jika dirinya belum bisa memastikan. Sebab, untuk menyatakan seseorang tertular omicron harus melalui beberapa tahap pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Kendati begitu, Mutia mengimbau kepada pihak sekolah untuk lebih memperketat disiplin protokol kesehatan (prokes). Selain itu, tim Satgas Covid-19 yang dibentuk di sekolah juga mesti proaktif.
"Sudah ada tim Satgas Covid-19 dibentuk di sekolah masing-masing, jadi sekolah itu sendiri yang bertanggung jawab penuh. Tim Satgas Covid-19 tersebut yang mengawasi bagaimana pelaksanaan prokes di lingkungan sekolah, terutama anak-anak agar jangan lalai untuk terus menerapkannya," tandasnya.