Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Di masa pandemi, penerbangan domestik Indonesia tetap bergairah. Agen travel pun dituntut jeli membaca peluang itu.
Dalam Seminar Pariwisata Nasional yang dilakukan secara daring, Selasa (15/2/2022) Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) mengungkapkan penjualan tiket pesawat domestik selama pandemi tetap tinggi.
"Keterbatasan ke luar negeri dan umroh dibatasi sehingga yang paling banyak dijual adalah tiket pesawat domestik, voucher hotel domestik, dan paket tour domestik berdasarkan data kami per Juli 2021," kata Pauline Suharno, ketua DPP Astindo.
Sempat minim penjualan, belakangan tiket penerbangan lebih laris. Merujuk data penerbangan domestik di dunia, rata-rata menunjukkan peningkatan.
Pauline menyebut kecenderungan itu dipengaruhi oleh pembatasan ke luar negeri juga.
"Dari data, kami melihat adanya consumer confidence, penumpang itu atau orang-orang masyarakat di seluruh dunia sudah pengen banget traveling. Dari yang tadinya drop di bulan April 2020, dan semakin ke sini semakin meningkat. Dan, solusinya adalah perjalanan domestik," dia menambahkan.
Bahkan, Pauline menyebut Indonesia masuk ke dalam 10 besar angka penerbangan domestiknya tertinggi di dunia meskipun angkanya belum bisa mencapai angka normal seperti sebelum pandemi.
"Indonesia masuk ke dalam peringkat kedelapan dari 10 penerbangan domestik terbanyak di dunia," kata Pauline.
"Dan, di seluruh dunia kita bisa lihat dari perjalanan domestik ternyata China dan Rusia telah mencapai angka sebelum pandemi," ujar Pauline.
"Padahal, China juga penerbangan dibatasi sehingga tidak ada penerbangan internasional dan yang ingin traveling juga banyak sekali. Ini baru data yang didapat dari penerbangan domestik sedangkan perjalanan darat laut China itu sudah luar biasa banyaknya," dia menambahkan.
Untuk bisa bertahan di tengah pandemi, Pauline menjelaskan bahwa mereka lebih jeli mematok target market. Adanya perubahan tren perjalanan menjadi fokus utama mereka juga.
"Yang menjadi target market adalah industri yang meningkat saat pandemi, seperti perusahaan asuransi, kemudian farmasi, otomotif terutama adanya MotoGP, jadi banyak sekali," kata Pauline.
"Tren perjalanan juga berubah, kelompok luxury traveler yang memang punya uang ingin traveling sendiri dengan keluarganya. Atau yang sudah berumur dan punya masalah kesehatan ingin dekat-dekat saja jalan-jalannya atau bersama keluarganya. Ini juga menjadi perhatian bagi kami," dia menambahkan.
Untuk bisa bertahan dan mengejar target wisatawan, Pauline mengakui adanya tantangan untuk perjalanan domestik.
"Tantangan perjalanan domestik adalah konektivitas, harga, infrastuktur, peraturan pemerintah terkait perjalanan, dan tidak memerlukan jasa agen travel," kata dia.(dtt)