Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Demokrat Sumatra Utara (DPD KNPD Sumut), organisasi sayap Partai Demokrat, Suryani Paskah Naiborhu, berharap rakyat Indonesia tidak memilih presiden yang gila perang dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 mendatang. Hal ini untuk menghindari munculnya penderitaan sebagai dampak dari perang tersebut.
Hal itu dikatakan Suryani Paskah Naiborhu dalam keterangannya, Jumat (25/2/2021), menanggapi perang antara Rusia dan Ukraina, pasca Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan operasi militer ke Ukraina, Kamis (24/2/2022).
Suryani Paskah Naiborhu mengatakan, bagaimanapun juga, perang menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak. "Seperti yang dialami Rusia dan Ukraina. Perang tidak hanya memunculkan kerugian serta penderitaan, berupa jatuhnya korban jiwa, bagi warga Ukraina, namun juga Rusia. Ekonomi Rusia turut terganggu akibat sanksi yang dijatuhkan masyarakat internasional terhadap negara berjuluk Beruang Merah tersebut. Dan dalam waktu tidak lama lagi, sanksi ini juga akan memengaruhi perekonomian dan kehidupan masyarakat Rusia sendiri. Dampak lainnya, bisa saja perang mengakibatkan bubarnya sebuah negara," jelasnya.
Suryani Paskah Naiborhu mengatakan, perang seharusnya menjadi pilihan terakhir dalam pengambilan keputusan. Perang hanya dapat dilakukan jika jalur politik ataupun diplomasi sudah tidak berhasil dijalankan, meskipun sudah diupayakan berkali-kali. Dan pengambilan keputusan untuk berperang ini juga harus dilakukan dengan cermat dan penuh perhitungan, mengingat besarnya risiko dan biaya yang harus ditanggung.
Suryani Paskah Naiborhu juga mencontohkan Benito Mussolini dan Adolf Hitler. Keduanya adalah tokoh sipil dan seorang politisi. Benito Mussolini naik menjadi pemimpin Partai Fasis Nasional serta memerintah di Italia dari tahun 1922 sampai pada tahun 1943 dan memimpin pemerintahan di Italia secara otoriter. Begitu juga dengan Adolf Hitler, politisi Jerman dan ketua Partai Nazi yang kemudian naik ke tampuk pemerintahan dan menjadi diktator di negara tersebut.
"Keduanya berambisi untuk menguasai dunia dan karena itu menggunakan perang sebagai alat untuk menaklukkan negara lainnya. Jerman dan Italia kemudian bergabung untuk melakukan invasi ke berbagai negara, baik di Eropa, Afrika maupun Timur Tengah. Keduanya kemudian mengobarkan Perang Dunia II yang menimbulkan korban jiwa antara 50 juta hingga 70 juta rakyat tewas. Belum lagi kerugian lainnya berupa kehancuran ekonomi dan sektor lainnya akibat perang tersebut," tuturnya.
Berkaca dari hal tersebut, rakyat Indonesia diharapkan mampu memilih pemimpin dengan hati-hati dan cermat dalam Pilpres tahun 2024. Kesalahan dalam memilih pemimpin akan berakibat fatal dan bisa menyebabkan terjadinya perang. "Bisa saja perang yang terjadi di dalam negeri berupa perang saudara atau konfrontasi dengan negara lain. Apapun bentuk perang tersebut, pasti akan membawa kerugian yang besar," tuturnya.
Suryani Paskah Naiborhu berharap rakyat Indonesia dapat memilih pemimpin yang memiliki komitmen kuat terhadap perdamaian, mampu menyatukan perbedaan yang ada menjadi satu energi positif dan menghargai hak-hak asasi manusia. Komitmen terhadap ketiga hal itu penting, agar rakyat Indonesia bisa fokus dalam menjalankan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan, memerangi kemiskinan dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dan kuat diberbagai sektor.
"Dari aspek psikologi, kita pilih lah calon pemimpin yang soft. Kita tidak memerlukan calon pemimpin bergaya orator yang meledak-ledak dan emosional. Lebih baik kita pilih calon presiden yang berpembawaan tenang, memiliki visi dan misi untuk mensejahterakan masyarakatnya serta komit terhadap perdamaian dan menghargai hak asasi manusia," tuturnya.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa pada tahun 2014, tepatnya bulan Agustus 2014, presiden Indonesia saat itu yang masih dijabat oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan bahwa perang adalah jalan terakhir apabila jalur politik dan diplomasi tak bisa menjawab perselisihan antar negara.
SBY juga menegaskan bahwa pemimpin Indonesia tidak boleh gila perang mengingat sepanjang sejarah perang selalu membawa kehancuran. Bangsa di dunia, ujar SBY, lebih menyukai perdamaian dibandingkan peperangan.
"Karena itu, menghadapi Pilpres tahun 2024, rakyat Indonesia harus cermat memilih. Pilihlah pemimpin yang bijak, dalam artian tidak gila perang dan mampu membawa Indonesia menjadi negara yang maju dan kuat dalam berbagai bidang," ujar Suryani Paskah Naiborhu.