Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padang Sidimpuan. Rudi (47), pengusaha tahu tempe asal Kota Padang Sidempuan, Sumatra Utara mengaku sangat terbantu dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Berkat KUR usahanya bisa berkembang seperti sekarang ini. Namun kenaikan harga kacang kedelai yang tidak stabil belakangan ini membuat usahanya meradang.
" Awal meminjam dapat KUR 50 juta, ini hasilnya pabrik tahu tempe sekarang. Namun produksi terpaksa dikurangi akibat harga kedelai mahal dan tidak stabil," ujar Rudi sambil menunjuk bangunan pabrik dan rumah tempat tinggalnya di Desa Palopat, Padang Sidempuan Tenggara Kota Padang Sidimpuan, Rabu (2/3/2022).
Rudi mengungkapkan, sudah 20 tahun ia merintis usaha pembuatan tahu tempe, namun selama pandemi ini Covid-19 dampaknya sangat terasa bagi produksi usahanya. Daya beli masyarakat berkurang akibat ekonomi yang tidak baik.
Menurutnya, produksi terus berjalan dan bertahan dimasa pandemi, namun mulai dikurangi akibat harga kedelai yang tidak normal.
"Awal pandemi harga kedelai naik dan tidak stabil dari Rp 8000/kg naik jadi Rp 10.200/kg, naik lagi menjadi Rp 12.200/kg. Ini sangat mengganggu produksi kita," katanya.
Dia berharap pemerintah hadir untuk menstabilkan harga kedelai sebelum banyak usaha tahu tempe tutup akibat harga kedelai semakin mahal dan tidak stabil.
Tidak stabilnya kenaikan harga kacang kedelai kadang naik, kadang juga turun membuat pengusaha serba salah, utamanya penjualan tahu tempe. "Harga tahu tempe dinaikkan salah, tidak dinaikkan takut rugi,"ujar Rudi.
Kendati harga kedelai mengalami kenaikan, harga produksi tahu tempe buatan Rudi masih harga normal. Namun produksi belakangan ini membuatnya khawatir mengalami kerugian bila harga kacang kedelai tidak turun.