Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Di tengah terik panas matahari, gempuran debu dan bising knalpot kendaraan, dua seniman dari Kantor Teater, manggung di fly over Titi Kuning, Medan. Pertunjukan dengan judul "Proklamasi Tubuh" yang digubah untuk merayakan kelahiran komunitasnya ini, berlangsung selama 9 jam, non stop sesuai dengan usia Kantor Teater yang berdiri 8 Maret 2013 silam. Pertunjukan berlangsung jam 10 pagi sampai pukul 19.00 WIB, Rabu (8/3/2022).
Berbagai adegan ditampilkan. Yang satu menabuh drum plastik, yang satu lagi meliuk menari di dalam kerangkeng besi mirip scaffolding. Adegan lain, keduanya berjalan lambat tampak seperti berbicara dengan dirinya sendiri sambil mengeksplorasi payung. Adapula adegan dimana keduanya seperti melakukan gerakan meditatif dan bela diri. Termasuk pula adegan seperti dua orang anak yang sedang bermain dengan benda-benda di sekelilingnya.
Roy Julian, salah seorang dari dua seniman nyentrik itu menjelaskan,
Proklamasi Tubuh adalah sebuah pertunjukan yang berangkat dari upaya untuk melepaskan tubuh dari kuasa yang dilakukan oleh pikiran atas tubuhnya sendiri. Bahwa praktek ketubuhan yang kita lakukan sehari-hari, seringkali menempatkan posisi tubuh tidak lebih sebagai budak yang bergerak untuk melayani kehendak pikirannya sendiri, kata Julian.
"Tubuh tidak lagi dilihat sebagai sebuah wilayah kinestetik yang memiliki otoritas dan kedaulatannya sendiri di luar fungsi yang dihasilkannya. Sesungguhnya tubuh kita sudah lama hilang. Yang tinggal hanya pikiran. Karena itu tubuh harus ditemukan dan diproklamirkan kembali," kata Julian kepada medanbisnisdaily.com,
Kamis (9/3/2022)
Dijelaskannya, Proklamasi Tubuh adalah sebuah presentasi latihan yang ingin mereka konfrontasikan ke ruang publik sebagai cara mereka menguji-coba bagian per bagian dari konsep dan gagasannya menuju pertunjukan Portal Ketiga (bagian terakhir dari trilogi Chaos Kaki), yang proses latihannya sudah berlangsung selama dua tahun, hingga saat ini.
Diakui Julian, dalam pertunjukan itu, mereka harus menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, cuaca panas yang ekstrim dan yang kedua adalah kelelahan dalam tubuh mereka sendiri.
"Cuacanya sangat panas, selain itu kami juga merasa lelah apalagi pertunjukan ini berlangsung selama 9 jam nonstop," kata Julian.
Melengkapi informasi, Kantor Teater kerap menampilkan karya-karya (reportoar), yang unik baik di Medan maupun di kota lainnya di Indonesia. Baru-baru ini mereka mengarak peti mati ke sejumlah ruas jalan di Kota Medan, sebagai kritik atas peradaban kota ini yang mereka nilai telah mati. Termasuk (Julian) juga pernah pentas di dalam kolam Sri Deli Medan yang kala itu cukup menyita perhatian publik Medan.