Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padang Sidimpuan. Pelaku usaha kerupuk dan kue kelimpungan akibat harga tepung dan minyak goreng mengalami kenaikan. Masa pandemi telah membuat dunia usaha terdampak, kini diperparah lagi harga kebutuhan bahan pokok yang mengalami kenaikan.
"Produksi tidak berkurang, untung yang berkurang," ujar Dewi (45), pengusaha kue pancung dan kerupuk, di Salambue, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kota Padangsidimpuan, Sumatra Utara, Rabu (16/3/2022).
Kenaikan harga minyak, tepung dan kedelai yang terjadi selama ini menimbulkan kecurigaan bagi pengusaha, kalau ini sengaja permainan spekulan yang berbisnis mendapatkan untung lebih dimasa sulit seperti sekarang. Terlebih menjelang bulan Ramadan harga-harga akan mengalami kenaikan lagi.
"Dimasa pandemi ini semua harga justru naik seperti minyak goreng, tepung dan kedelai. Padahal sebelumnya harga normal saja," ujar Dewi.
Dewi (45) dan suaminya Jefri (50) adalah salah satu potret pengusaha kerupuk dan kue pancung yang merintis usahanya sejak 20 tahun lalu. Menurut mereka baru saat sekarang dampak luar biasa terhadap perkembangan usaha. Tidak hanya dihantam pandemi namun harga yang tidak normal membuat bingung untuk produksi.
"Untuk produksi harus hati-hati, bahan dasar pembuatan kue dan kerupuk tidak normal, kadang naik, kadang juga turun," katanya
Dewi mengakui harga tepung terigu saat ini berada diatas Rp 205 ribu per zak padahal sebelumnya hanya berkisar Rp 140 ribu per zak, harga tepung tapioka Rp. 215 ribu per zak padahal sebelumnya hanya berkisar Rp.160 rb per zak. Demikian juga harga kacang kedelai Rp.12.500 per kg dari hanya Rp.8000 per kg.
"Minyak goreng masih sulit didapat walaupun harganya sudah mulai normal atau sekitar Rp.13 ribu per kg untuk minyak curah,"kata Dewi.
Andalkan Pinjaman Modal
Banyak usaha saat mengandalkan pinjaman modal usaha melalui perbankan, untuk mempertahankan usahanya terus berjalan dimasa pandemi ini.
"Dulu pernah meminjam modal dari kredit usaha rakyat (KUR) dari BRI, sekarang ini mau coba lagi, semoga realisasi agar usaha kembali bergairah," kata Dewi.
Menurut Dewi dalam sehari dia membutuhkan modal produksi sebesar Rp.10 juta rupiah per minggu. Dengan 3 orang karyawan mampu menghasilkan sekitar 1000 fak dalam seminggu. Harga kerupuk dan kue pancung dijual perbungkus Rp.10.000 per bungkus. "Insya Allah barang Selalu habis terjual,"katanya.
Menurut Jefri hasil produksi dari usaha mereka dijual dalam kota dan keluar daerah juga."Kita punya 4 orang pedagang keliling yang menjajakan produksi kerupuk dan kue pancung,"katanya.
Secara terpisah Jandri Pengusaha Kerupuk lipat mengakui bahwa pinjaman modal KUR yang diperolehnya dari Bank BRI belum lama ini membuat usahanya lebih bertahan kendati dihempas Covid-19 kenaikan harga tepung dan harga minyak goreng. "Insya Allah kita kuat dan yakin pembayaran cicilan bisa lancar, apalagi pinjaman KUR bunga banknya relatif ringan," ujar Jandri.
Mereka juga yakin dan optimis terhadap pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kesinambungan usaha seperti pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Dengan hadirnya pemerintah harga minyak goreng yang sempat melambung tinggi, sekarang sudah berangsur normal," katanya.
Pelaku usaha juga berharap pemerintah hadir untuk menstabilkan harga khususnya tepung dan kedelai yang menjadi bahan dasar usaha bagi mereka.
"Kami berharap pemerintah turun tangan untuk menstabilkan harga di kota ini dan umumnya di negera kita. Saya optimis bila harga normal ekonomi membaik,"kata Jefri.