Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tapsel. Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), terletak di bagian selatan Provinsi Sumatra Utara, kota kecil di cekungan bukit barisan berbentuk mangkok besar di atas ketinggian kurang lebih 1.800-2.000 meter dari permukaan laut. Sipirok memiliki udara yang sangat dingin di malam hari, kultur tanahnya yang berbukit sangat tepat tanaman kopi dan enau tumbuh subur.
Di Sipirok pohon enau (arenga saccharifera) yang sebelumnya tumbuh liar kini mulai dibudidayakan. Hal ini karena manfaat tanaman enau bagi kehidupan manusia. Mulai dari batang, ijuk, pelepah, daun, lidi, serta buah dan ngira semuanya berguna dan memiliki nilai ekonomis. Kali ini kita fokus pada ngira yang saat ini banyak diolah menjadi gula semut dan gula aren (gula cetak).
Fahmi adalah orang pertama yang mencoba mengolah nira menjadi gula semut di Sipirok, tepatnya di Kelurahan Arse, atau sekitar 13 km dari pasar Sipirok atau sekitar 30 menit perjalan. Fahmi sebelumnya adalah seorang petani kopi dan tanaman lain, kebunnya tidak jauh berada di belakang rumah dulunya rumah panggung kecil dan sekarang sudah berubah.
Di kebunnya itu banyak tumbuh pohon enau besar dan berbuah. Keseharian Fahmi disamping berkebun dia juga mengolah buah enau menjadi kolang-kaling, sementara niranya diolah menjadi gula.
Pada tahun 2014, Fahmi mencoba mengolah nira menjadi gula cair yang dikemas di botol untuk dipasarkan hingga ke Pulau Jawa. Namun usaha ini tidak berlanjut karena gula cair tersebut punya kandungan gas membuat botol tempat kemasan pecah sewaktu dalam perjalanan.
"Gula cair akhirnya dihentikan produksinya setelah gagal dalam pengiriman botol tempatnya pecah, mungkin kandungan gas yang ada dalam gula,"kata Fahmi Simatupang (52), Kamis (17/3/2022).
Inovasi baru kembali muncul. Fahmi secara otodidak mencoba membuat butiran gula dengan menghampar gula cair yang masih panas di tikar, dan hasilnya muncullah butiran sebesar butiran-butiran jagung. Cara ini juga tidak berhasil, yang memaksa Fahmi harus mengikuti pelatihan melalui program Dinas Perindag ke Pulau Jawa
"Alhamdulillah setelah pelatihan di Banyuangi selama satu bulan, barulah gula semut berhasil dibuat," kata Fahmi.
Di dapur rumahnya atau tempat pengolahan nira menjadi gula (memasak), gula semut mulai diproduksi dan hasilnya cukup mengagumkan. Sekarang gula semut dengan kemasan yang bagus sudah dipasarkan kemana-mana. Harganya juga relatif murah, harga gula semut dijual Rp.50.000 per kg, gula cetak Rp 25.000 per kg.
"Gula semut dipasarkan ke Medan, Pakan Baru, Jambi, Jakarta dan daerah lainnya. Alhamdulillah omsetnya lumayan, patut disyukuri," ujar Fahmi.
Berkat KUR
Awal memulai usaha gula semut ternyata Fahmi mengandalkan tambahan dana dari program pemerintah yang disebut Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia (BRI) uang tersebut dijadikan Fahmi menambah modal untuk mengembangkan usahanya sehingga bisa produksi lebih besar.
"Alhamdulillah berkat KUR usaha bisa berkembang, terakhir meminjam Rp.50 juta,"kata Fahmi.
Selain telah memiliki toko usaha dan pabrik pengolahan yang jauh lebih bagus dan modern. Produksi gula semut dari Arse ini sudah masuk tempat wisata dan cafe di daerah kota Padangsidimpuan dan lainnya. Menurut Fahmi Kota Medan saat ini tempat pengiriman tertinggi.
Usaha ini juga mulai tersohor setelah pemasaran dilakukan lewat marketplace dan media sosial lainnya. "Gula Semut Rizky semakin dikenal berkat media sosial juga,"ujar Fahmi pemilik Arsenal Coffee di Arse ini.
Instruktur Gula Semut
Berkat pelatihan dan pengalaman Fahmi Simatupang akhirnya dipercayakan pemerintah sebagai instruktur atau pelatih pembuatan gula semut kepada warga masyarakat.
Program yang diinisiasi dinas Perindustrian Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tapanuli Selatan ini banyak memberikan manfaat bagi warga masyarakat dalam keterampilan membuat gula semut. Dengan cara tersebut sekarang ini banyak warga Sipirok berhasil membuka usaha gula semut yang juga tidak kalah besar dari usaha gula semut Fahmi Simatupang.
"Tahun 2015-2016 kita juga sudah melatih ratusan orang mahir mengolah ngira menjadi gula semut, hanya saja hanya sedikit yang menekuni usaha,"katanya.
Fahmi Simatupang merupakan salah satu yang sukses dari kerja kerasnya. Usaha ini patut disyukuri selain telah memberikan berkah ekonomi bagi keluarga kini tiga anaknya berhasil kuliah dan jadi sarjana satu lagi masuk menjadi angkatan.
"Alhamdulillah tiga anak kuliah dan sarjana, satu lebih memilih masuk angkatan dan saat ini lagi pendidikan dan satu lagi baru kelas 6 SD semoga kita semua sehat-sehat ,"katanya.
Dia berharap pandemi ini cepat berakhir dan pemerintah lebih peduli terhadap kesinambungan usaha di daerah Tapsel. Ekonomi bangkit rakyat sejahtera.