Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi menawarkan pertanian jagung kepada petani di Desa PIR ADB Besitang dan petani Bukit Mas Besitang, Langkat, sebagai solusi menghentikan konflik lahan pertanian yang selama ini dihadapi petani dan TNGL.
"Sentra jagung terpadu yang tetap menjaga kelestarian hutan. Solusi ini yang tepat. PT Daun Agro yang akan membimbing petani untuk bertani jagung di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Resort Sekoci. Dengan begitu, para petani tetap bisa memanfaatkan kawasan ini tanpa merusak hutan," kata Gubernur Edy, di Langkat, Jumat (18/3/2022).
Kata Edy, ada tiga area di kawasan TNGL, yakni ungu, hijau dan putih (sambil menunjukkan peta TNGL Resort Sekoci).
"Kita ini di ungu, kawasan yang tidak boleh ada pemukiman dan tanaman keras. Yang hijau itu terbatas, dan putih untuk pemukiman. Jadi, nande-nandeku (emak-emak) sekalian, kita harus taat aturan. Negara kita ini negara hukum, kalau kita biarkan ini semua habis hutan kita nanti," kata Edy saat berdialog dengan petani sambil menunjukkan peta TNGL Resort Sekoci, di Desa PIR ADB, Besitang, Kabupaten Langkat.
Luas Resort Sekoci sekitar 4.000 hektar dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian tanaman lunak sekitar 20% atau 800 hektar. Namun, untuk pemukiman Edy meminta agar di zona ungu pemukiman tidak bertambah.
Seluas 800 hektar yang bisa dimanfaatkan, tetapi tidak bisa dimiliki karena ini kawasan hutan. Petani hanya bertani di sini, tetapi pemukiman tetap di luar zona ungu. Jadi, jangan ditambahi lagi masyarakat di kawasan ini.
Didampingi CEO PT Daun Agro, Muhammad Hadi, Edy Rahmayadi kepada PT Daun Agro, meminta agar membimbing petani, supaya menghasilkan jagung yang berkualitas sehingga mampu mendongkrak perekonomian masyarakat.
Terpisah, Kepala TNGL, Ruswanto menjelaskan, petani-petani di kawasan ini akan tergabung dalam kelompok tani. Bersama dengan PT Daun Agro mereka akan membuat kesepakatan dengan TNGL.
"Kita akan terus koordinasi dan membuat kesepakatan. Jadi, konsepnya bercocok tanam di sini, tetapi tinggalnya di luar. Sawit-sawit yang ada di kawasan ini juga akan kita pangkas, bersama-sama dengan petani kita hijaukan kembali kawasan ini," kata Ruswanto.
Nina Br Ginting, salah seorang petani Desa Simpang Kuta Bunuh, mengatakan, mereka menerima solusi yang diberikan Gubernur Sumut. Walau begitu, dia berharap kerja sama dengan PT Daun Agro lebih berpihak kepada petani.
"Sudah dijelaskan sama Pak Gubernur, ada kawasan yang tidak boleh ditinggali, kalau bercocok tanam pun tidak boleh sawit. Pas lah jagung di sini, tapi petani harus lebih diperhatikan biar sejahtera," katanya.