Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tapsel. Puluhan miliar per tahun dikeluarkan peternak ikan nila Sumatera Utara untuk membeli bibit ikan nila ke luar Sumut.
Kondisi itu menunjukkan kurangnya bibit ikan nila di Sumut. Sayangnya di Sumut masih minim sekali peternak yang menggiatkan produksi bibit ikan nila.
Umumnya yang ada adalah peternak dalam pembesaran ikan nila, seperti peternak resmi atau pemilik keramba jaring apung Danau Toba maupun di luar KJA.
Sementara secara umum permintaan ikan nila sangat tinggi di Sumut. Sayangnya itu tidak diimbangi dengan ketersediaan bibit nila.
Sehingga ke depan, dikhawatirkan Sumut tak mampu memenuhi kebutuhan ikan nila bagi warganya atau defisit. Jika pun tetap terpenuhi, pasti karena suplai provinsi lain, dengan harganya lebih mahal.
Kondisi itulah yang mendorong M Gultom, salah satu pemilik usaha pembibitan ikan nila di Sumut, terus bergiat mengembangkan usaha bibit ikan nila.
Ia mengembangkannya di Desa Hurase, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan. Usaha itu ia kembangkan secara turun temurun, diawali kakek dan orangtuanya.
Kini di tangan Gultom, usahanya berkembang. Kolamnya di desa itu sebanyak 90 yang tersebar di 3 lokasi. Selain pembibitan, juga di kolam itu ada pengembangbiakan nila.
Ditemui Senin (04/04/2022), Gultom mengatakan ratusan ribu ton bibit ikan nila, dihasilan dari usahanya. Semuanya itu disalurkan untuk memenuhi tingginya permintaan bibit nila di Sumut.
"Setiap hari puluhan ribu ton kita keluarkan dari sini. Yang datang banyak, mulai dari peternak nila kawasan Danau Toba dan daerah-daerah lainnya di Sumut," kata Gultom.
Sehingga tak salah, kata Gultom, jika nila yang dijual di kawasan Danau Toba dan lainnya, adalah dari hasil pembibitan dari Hurase. "Di sana mereka membesarkan saja, lalu dijual. Kalau bibitnya ya dari sini juga," ujarnya.
Sedangkan penyuplai bibit lainnya ada dari Serdang Bedagai, dari Simalungun. Tapi jumlahnya tidak begitu banyak atau masih lebih banyak lagi dari Sumatera Barat.
"Makanya kalau hitungan kita per tahun, ada puluhan miliar uang warga Sumut ke luar, ke Sumbar, beli bibit," ungkap Gultom.
Perairan Danau Toba sendiri, terang Gultom, tidak cocok untuk pembibitan ikan nila. "Secara ilmiah kami nggak taulah nerangkan, tapi mungkin karena air Danau Toba dingin, sehingga gitu lahir ikan nilanya, kan ribuan itu, yang jadi hanya sedikit, lainnya mati," sebutnya.
Lebih lanjut Gultom menegaskan komitmennya untuk terus memproduksi bibit ikan nila ke pertenak Sumut. Namun ia kini tak bisa berbuat banyak karena terimbas pandemi.
"Pernah terpikir mau berhenti sementara, tapi gagal karena banyak yang datang beli nila. Kasihan juga. Sementara mau lanjut terus, tak bisa berbuat banyak, modalnya pas-pasan, dan produksi pun pas-pasan juga," sebutnya.
Gultom pun mengeluhkan tidak adanya perhatian pemerintah. Sementara yang paling dibutuhkannya adalah pakan (makanan) nila.
"Kami beratnya di situ. Tak sanggup memberi bibit-bibit ikan nila ini makan. Kami kekurangan pakan. Sehingga memang sangat perlu bantuan pakan," keluh Gultom.
Ia pun berharap baik dari provinsi ataupun kabupaten atau darimana pun, bisa membantu pihaknya menyediakan pakan. "Kami pikir salah satu wujud Sumut yang bermatabat itu ya dengan membantu kita-kita ini," sebut Gultom berharap.