Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Besok akan menjadi hari pertama saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) terpampang di Bursa Efek Indonesia (BEI). Artinya mulai besok saham GoTo sudah bisa diperdagangkan di pasar reguler.
Satu hal yang menjadi perdebatan dari IPO GoTo adalah, akankah GoTo bernasib sama dengan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)?
Banyak pihak yang menyamakan IPO GoTo dengan BUKA. Memang selain dari sektor usaha yang sama, kedua perusahaan ini juga sama-sama masih mengalami kerugian.
Jika mengingat lagi perjalanan saham BUKA saat pertama kali listing hingga saat ini memang terbilang mengecewakan. Saham BUKA pertama kali dicatatkan di pasar modal pada 6 Agustus 2021 dengan harga penawaran awal Rp 850. Di hari pertama perdagangannya, saham BUKA langsung melejit dengan 24,71% ke posisi Rp 1.060.
Namun ternyata euforia itu hanya sebentar. Pada perdagangan 10 Agustus 2021, saham BUKA turun bahkan sampai level paling bawah atau menyentuh auto reject bawah (ARB). Turun 6,76% ke level Rp 1.035.
Sementara posisi saham BUKA pada penutupan kemarin berada di level Rp 348. Artinya saham BUKA sudah turun 59% dari harga IPO.
Lalu apakah kondisi itu akan terulang di saham GoTo?
Menurut Analis Kanaka Hita Solvera (KHS), Andhika Cipta Labora nasib saham GoTo akan berbeda dengan BUKA. Sebab GoTo merupakan market leader di sektornya dan memiliki jaringan yang lebih luas.
"Menurut kami karena GoTo adalah market leader dan memiliki ekosistem yang luas, investor akan lebih memburu saham GoTo yang membuat pergerakan harga berpotensi mengalami kenaikan," terangnya, Minggu (10/4/2022).
Sementara untuk harga saham GoTo yang ditetapkan di level Rp 338, menurut Andhika harga saham itu terbilang tidak mahal. Penilaiannya itu berdasarkan hitungannya yang menggunakan price to book value atau PBV.
"PBV ini didapat dari harga saham dibandingkan dengan nilai buku per saham. Adapun nilai buku saham GoTo diperoleh dari total ekuitas dibagi jumlah saham tercatat. Berdasarkan prospektus, GoTo mencatat total ekuitas senilai Rp 130 triliun dan jumlah saham 1,19 triliun saham, sehingga nilai buku GoTo senilai Rp 109. Dengan demikian PBV saham IPO GoTo berkisar 2,89x - 3,17x. Berdasarkan PBV tersebut, GoTo menurut kami tidak terlalu mahal dalam harga IPO-nya," terangnya.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada juga memiliki pandangan serupa. GoTo diyakini akan menjaga valuasi sahamnya, apalagi bila sudah jelas perusahaan menyatakan mau melakukan dual listing.
Menurutnya, GoTo pasti akan menjaga citra terhadap nilai sahamnya. Bila saham turun dan terus-menerus anjlok, akan menjadi sentimen negatif untuk penawaran internasional.
"Nggak pas lah kalau ada rencana dual listing tapi saham di sini drop, orang sana kan bakal ngeliat, wah itu di dalam negeri aja drop gimana di luar? Jelas perusahaan akan jaga performance-nya untuk dual listing," kata Reza kepada detikcom.
Menurutnya, GoTo juga akan menjalankan skema stabilisasi harga saham paska IPO dengan melakukan intervensi harga saham lewat skema greenshoe atau opsi penjatahan lebih.
Dalam prospektusnya, GoTo menetapkan sampai dengan sebanyak-banyaknya 15% dari jumlah saham yang ditawarkan pada saat IPO atau 7,8 miliar saham, yang akan diambil dari saham treasury untuk langkah stabilisasi harga saham. Saham itu diberikan kepada penjamin emisi PT CGS-CIMB Niaga Indonesia.
"Dia sudah ada greenshoe juga untuk stabilitas harga. Tinggal kita lihat seperti apa efeknya," ungkap Reza.(dtf)