Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Nggak sedikit penonton yang bilang sekuel Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald jauh dari harapan, jelek, nggak sebagus film pertama, hingga kemunculan karakter yang dirasa tidak konsisten dengan semesta Harry Potter. Gegara film ini juga J.K. Rowling disebut menghancurkan semesta buatannya sendiri. Skor film ini anjlok di semua situs agregator termasuk Rotten Tomatoes dari skor 74% di film pertamanya (Fantastic Beasts and Where to Find Them) jadi 36%. Lalu bagaimana dengan The Secrets of Dumbledore?
Baru tayang 13 April 2022, film ketiga dari waralaba Fantastic Beasts ini sudah dihajar ulasan yang beragam. Ada yang sama sekali tidak suka, ada yang tetap dengan pendapat bahwa J.K. Rowling sedang menghancurkan franchise ini lebih jauh, ada pula yang merasa bahwa keputusan Warner Bros. untuk terus memproduksi film ini hanya sekadar buat meraup keuntungan dari fanbase Wizarding World saja (walau mungkin ya memang begitu).
Sejauh ini, skor Rotten Tomatoes buat Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore masih busuk di 57% meski masih jauh lebih baik dari film keduanya. Tapi bukan berarti film ini tidak menyenangkan sama sekali.
Tidak perlu berdebat soal "film ini hanya dibuat untuk fans" karena ketika menyaksikannya sangat terasa sekali bahwa hampir semua momen-momen besar dalam film ini adalah penghormatan buat adegan-adegan di waralaba Harry Potter.
Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore melanjutkan cerita film kedua. Setelah kejadian di Paris, banyak orang yang mati menentang Grindelwald (kini diperankan Mads Mikkelsen, sebelumnya diperankan Johnny Depp) tapi di saat yang sama dia juga mulai banyak pengikut. Statusnya yang buron membuat seluruh sudut dunia sihir memasang poster wajah Grindelwald. Albus Dumbledore (diperankan Jude Law) tentu saja tidak tinggal diam karena dia merasa bertanggung jawab dengan ambisi besar sang penyihir hitam nomor wahid dalam satu abad terakhir itu. Kini dia ikut turun ke lapangan dengan sebuah rencana yang membingungkan.
Bersama dengan geng penyihir putih yang beranggotakan Newt Scamander (Eddie Redmayne), Theseus Scamander (Callum Turner), Jacob Kowalski (Dan Fogler), Jessica Williams (Lally Hicks), Victoria Yeates (Bunty Broadacre), dan Yusuf Kama (William Nadylam), Albus membentuk apa yang nantinya dikenal dengan nama Dumbledore's Army (Laskar Dumbledore) di cerita Harry Potter. Ini adalah Laskar Dumbledore versi OG sebelum Voldemort jadi penyihir paling jahat berikutnya.
Kalau di film pertama kita ada di Amerika Serikat, lalu film kedua kita dibawa ke Paris, maka di film ini naskah J.K. Rowling dan Steve Kloves mengajak penonton ke Jerman dan Bhutan. Grindelwald semakin kuat karena pengikut fanatiknya semakin banyak dan Dumbledore merasa dirinya tidak bisa lagi lama-lama berdiam diri di Hogwarts seperti yang dilakukannya dulu. Dia harus turun tangan langsung dan membuat rencana. Dalam rencana ini tentu saja ada keterlibatan para Fantastic Beasts (hewan-hewan fantastis) dari dunia sihir.
Film pertama di franchise ini terasa baru dan segar karena kita diperkenalkan pada dunia Newt sebagai seorang, dan satu-satunya, magizoologist. Dia punya koper kecil yang isinya makhluk-makhluk gaib yang terancam punah. Film kedua terasa mengabaikan aspek ini dan menjadikan hewan-hewan fantastis ini sebagai figuran. Tapi lewat The Secrets of Dumbledore, David Yates yang kembali digaet buat sutradara, berusaha buat mengembalikan kejayaan waralaba ini dengan menitikberatkan peran para Fantastic Beasts dalam cerita.
Fans yang sudah hapal di luar kepala adegan di 8 film Harry Potter akan bisa dengan mudah menangkap adegan-adegan serupa di Secrets of Dumbledore. Yang paling sederhana adalah pengalaman pertama Jacob Kowalski menembus dinding bata pembatas dunia Muggle dengan dunia penyihir, merupakan nostalgia ketika Harry dan Hagrid masuk ke Diagon Alley untuk pertama kalinya, juga ketika Harry diajari Mrs. Weasley menembus dinding pembatas di peron 9 3/4. Bedanya di film ini visualisasinya lebih modern dan terasa lebih ajaib.
Adegan-adegan yang melibatkan Newt dan Theseus seperti mencerminkan petualangan Harry dan Ron. Adegan Newt dan Theseus berhadapan dengan sekumpulan Manticore seperti yang terlihat di trailer merupakan tribute buat Chamber of Secrets (2002) ketika Harry dan Ron masuk ke sarang Aragog di Hutan Terlarang. Hubungan Harry dan Ron mungkin tidak sekagok Newt dan Theseus karena sejak awal hubungan kakak-beradik ini memang sudah canggung.
Ada lebih banyak pertempuran antara penyihir di Secrets of Dumbledore. Duel Albus dan Gellert Grindelwald dikemas dengan koreografi dan efek yang epik. Letupan cahaya hijau dari Grindelwald akan mengingatkan penonton pada sihir Avada Kedavra Voldemort di adegan klimaks Deathly Hallows (2010) saat duel terakhirnya dengan Harry Potter di Hogwarts. Selain yang sudah disebutkan sebelumnya, masih ada banyak easter eggs yang akan membuat Potterhead senyum-senyum sendiri.
Film kedua Fantastic Beasts memang cukup membosankan karena misi Grindelwald menguasai dunia hingga latar belakang keluarga Lestrange yang diceritakan dengan bertele-tele. Tapi di Secrets of Dumbledore, Fantastic Beasts kembali lagi ke jalur ringan menyenangkan dengan nuansa film Natal seperti film pertamanya.
Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore bisa disaksikan di bioskop seluruh Indonesia. Direkomendasikan menyaksikannya di IMAX. dtc