Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais memberikan tausyiah politik saat acara milad 1 tahun partainya. Amien Rais menyindir sejumlah pihak yang mencibir pola politik identitas dalam percaturan politik di Tanah Air.
Amien Rais mulanya menyayangkan orang-orang yang tak menerapkan kualitas ideal seorang pemimpin. Dia menyebut ada 4 kualitas yang mesti dimiliki dalam kepemimpinan Islam, yakni As-Sidqu atau kejujuran, Al-Amanah atau memelihara apa saja sesuai kewajiban, At-Tabligh atau menyampaikan informasi apa adanya, dan Al-Fathonah atau cerdas.
"Sayang sekali, banyak oknum dalam kepemimpinan nasional sekarang ini jauh dari kualitas As-Sidqu atau kejujuran, Al-Amanah atau memelihara apa saja sesuai kewajiban, At-Tabligh atau menyampaikan informasi apa adanya dan Al-Fathonah atau cerdas, cepat tanggap terhadap perkembangan," kata Amien Rais dalam acara Milad 1 Tahun di DPP Partai Ummat, Jakarta, Minggu (17/4/2022) seperti yang disiarkan akun YouTube Partai Ummat.
Saat ini, kata dia, kepemimpinan nasional justru didominasi kualitas yang buruk.
"Yang dikembangkan justru kebalikan dari empat kualitas kepemimpinan yang ideal itu, yakni Al-Kidzbu atau kebohongan, Al-Khiyanah atau penghianatan pada rakyat, Al-Kitman atau menyembunyikan realitas obyektif dan Al-Balah atau kedunguan (kejahilan)," ujarnya.
Amien Rais kemudian menyindir orang yang menyebut pola politik identitas kuno dan tak lagi relevan dalam kehidupan berpolitik. Amien Rais mengibaratkan mereka bak manusia burung beo.
"Saya tahu, cukup banyak anak bangsa menderita kompleks rendah diri atau inferiority complex yang suka menyatakan sudah kuno orang masih percaya pada politik identitas, apalagi membawa-bawa agama ke dalam kehidupan berpolitik. Orang-orang itu telah menjadi semacam manusia beo yang hanya bisa meneriakkan slogan-slogan menyesatkan dari sejumlah intelektual negara maju," ujarnya.
Pendiri Partai Ummat itu berpandangan orang yang melepas jubah identitas kebangsaannya justru akan menjadi manusia bingung. Sebab, ujarnya, orang itu menjadi tak punya harga diri.
"Menurut saya, kalau orang harus menghilangkan identitas kebangsaannya, kesukuannya, atau keagamaannya, maka orang itu bisa berubah menjadi manusia bingung, tanpa arah, dan menjadi obyek ejekan dan penindasan orang lain. Mengapa, karena orang itu sudah tidak punya harga diri. Sungguh kasihan," ujar dia.
Dia kemudian menyindir orang yang dia sebut suka mencibir politik berideologi agamis akan menjadi objek tawa masyarakat. Dia mengingatkan partai politik yang merujuk pada nilai-nilai agama justru lebih superior dari nilai sekularisme.
"Kepada mereka yang sok intelektual dan mencibir bahwa politik yang merujuk pada nilai-nilai agama akan menjadi objek ketawaan masyarakat, bisa saya ingatkan politisi dan partai politik yang menjadikan nilai-nilai yang datang dari agama justru bersifat lebih superior dari nilai-nilai sekularisme," katanya. dtc