Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Sekitar 143 tahun lalu, seorang perempuan lahir di Jepara. Tepatnya pada 21 April, yang belakangan kita peringati sebagai Hari Kartini. Raden Ajeng Kartini, itulah perempuan tersebut, yang kita kenal sebagai pejuang emansipasi dan kesetaraan perempuan. Perjuangannya bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh remaja perempuan yang merupakan keturunan bangsawan saat itu. Ia harus melewati banyak rintangan, termasuk adat tradisi yang mengikat kebebasan kaum perempuan.
Terlahir sebagai putri bangsawan, anak dari seorang Bupati Jepara yang bernama Raden Mas Ario Adipati Sosroningrat. Seorang ningrat, yang harusnya menjunjung tinggi nilai-nilai adat pada saat itu.
Namun, ia berjuang melawan tradisi yang mengharuskan anak usia 12 tahun menikah dan harus tinggal di rumah dan dipingit. Namun status adat dan tradisinya tidak membuat cita-cita dari Kartini hilang ditelan kesedihan dan penyesalan akan nasib yang dialaminya.
Kartini terus belajar, membaca dan menulis bahkan membuka Sekolah Kerajinan Putri, mengajar membatik untuk abdi perempuan hingga gadis-gadis kecil pada zaman itu.
Kartini terus melanjutkan perjuangannya melalui surat yang dituliskannya kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda.
Era Kini
Saat ini kita hidup di era society 5.0, sebuah peradaban yang memungkinkan teknologi atau ilmu pengetahuan yang berbasis modern menjadi bagian dari kehidupan manusia. Society 5.0 menjadikan komponen utamanya adalah manusia, dimana manusia mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi sehingga dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi dikemudian hari.
Akankah perjuangan Kartini berhenti sampai Era Society 5.0 ini? Tentunya tidak. Era society 5.0 ini bahkan menjadi kesempatan emas bagi perempuan dalam mewujudkan cita-cita Kartini. Ini adalah kesempatan dimana perempuan harus meningkatkan kualitas diri, menyatu dengan kemajuan teknologi, terus tumbuh dan belajar, tidak cepat berpuas diri dan aktif dalam memperbaharui diri dalam informasi terkait teknologi pintar.
Tidak dapat dipungkiri jika sampai saat ini, perempuan masih mengalami beragam kesenjangan. Kesenjangan gender tersebut berpeluang diminimalisir di era society 5.0. Karena era society 5.0, yang mengatur adalah teknologi.
Kita hampir-hampir tidak percaya pada keberadaan norma yang gender-based ideology. Teknologi, yang menjadi ciri khas era society 5.0, tidak mengenal jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. Teknologi menjadi milik semua orang, dan akan terus menjadi bagian dari orang-orang yang terus mempelajari dan menggunakannya. Tak peduli siapapun dan dimanapun, penguasaan teknologi adalah kata kunci di era society 5.0.
Maka itu sebenarnya adalah peluang. Perempuan-perempuan saat ini harus menjadi Kartini yang tangguh. Ibu-ibu rumah tangga, yang selama ini terkesan hanya menunggu suami pulang, kini dapat menjadi pengguna teknologi.
Kerap kita dengar bagaimana perempuan menggunakan teknologi ketika sedang di rumah, bermodalkan jaringan internet serta smartphone melakukan kreasi konten-konten yang menghasilkan uang. Teknologi mempercepat kesetaran gender terjadi.
Perempuan saat sekarang juga tidak jarang menjadi editor-editor video handal, bahkan ahli IT (information technology) di perusahaan-perusahaan dan lain sebagainya. Peluang kerja yang selama ini hanya “dikuasai” laki-laki kini terbuka begitu luas, karena kembali kepada prinsip era society 5.0, individu dengan bekal teknologi akan menjadi ujung tombak.
Sekadar melihat perkembangan dunia, kita perhatikan bagaimana banyak perempuan telah keluar melampaui perkembangan sebelumnya. Jika sebelum ini banyak perempuan telah terjun dalam dunia politik, sekarang ini banyak perempuan justru telah menjadi pionir di sektor keuangan, bahkan teknologi pengobatan.
Teknologi vaksin, salah satunya, adalah posisi dimana banyak perempuan telah merajainya. Ini menjadi pijak tak terbantahkan bahwa era society 5.0 benar-benar berpihak kepada semua orang, termasuk kepada perempuan.
Tantangan
Memang peluang di era society 5.0 masih ditangkap oleh perempuan dari kalangan urban dan berpendidikan menengah ke atas. Namun modernisasi tak dapat dicegah. Giliran untuk maju akan menyapa semua perempuan dimanapun.
Maka tahun-tahun mendatang ini kita berharap akan muncul Kartini-Kartini cerdas teknologi. Perempuan-perempuan yang menganggap ilmu tak lagi dibatasi jenis kelamin. Bahkan dengan bekal teknologi, perempuan dapat menjadi apapun sesuai cita-citanya, tak lagi hanya sekedar dipingit lalu berakhir di pernikahan.
Selamat ulang tahun Ibu Kartini! Semangat untuk seluruh kartini-kartini Indonesia. Society 5.0 adalah kesempatan untuk perempuan Indonesia!
====
Penulis saat ini bekerja sebagai Peritoneal Dialysis Nurse.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]