Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Serdang Bedagai. Kasihan para petani dari 18 kelompok di 2 desa Pematang Kuala dan Bogak Besar di Kecamatan Teluk Mengkudu. Mereka tidak bisa berharap besar bercocok tanam padi lagi, karen bangunan bendungan/dam yang direncanakan untuk menahan air laut ke areal persawahan bernilai Rp 3,1 miliar yang baru selesai dikerjakan tidak dirasakan faedahnya.
Hal ini dikemukakan salah seorang pengurus kelompok tani Maju Butar-butar kepada wartawan di Sei Rampah, Rabu (20/4/2022). "Kami yang sempat berharap, ada 18 kelompok tani yang mempunyai luasan areal sawah sekitar 700 Ha terletak di Desa Bogak Besar dan Desa Pematang Kuala," ujarnya.
Padahal demi kedaulatan pangan dan ketahanan pangan, maka dilakukan pencetakan sawah baru, dengan mengaktifkan lahan tidur yang selama ini tergenang air asin dari laut. Bahkan hingga kini, masih ada upaya pencetakan sawah yang dilakukan, dengan mengganti lahan tanaman sawit yang tidak produktif menjadi areal sawah baru.
Parahnya, proyek pembanguan bendungan yang berlokasi di Dusun I Desa Pematang Kuala, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai baru selesai dikerjakan pihak kontraktor sekitar akhir tahun 2021 lalu. Namun sangat disayangkan, meskipun baru saja selesai dikerjakan, hasilnya tidak optimal. Terlihat bangunannya sudah retak-retak di sana sini dan hanya dilakukan pendempulan dengan semen. "Meragukan sebagai bendungan penahan air asin agar tidak masuk ke areal sawah," katanya.
Maju Butar-butar sebagai salah seorang petani yang harusnya penerima manfaat dari pembangunan dam ini malah menyebutkan, hasil bangunan ini asal-asalan dikerjakan, ada 3 kelemahan dari bangunan ini.
Pertama, benteng dam terlalu rendah dibandingkan dengan air pasang laut, akibatnya air asin bisa lewat bila pasang air berada di puncaknya. Kedua tanggul kurang lebar, akibatnya dari kanan kiri kemungkinan air pasang juga bisa masuk. Ketiga, saat benteng dikerjakan tidak melewati tahapan pemadatan yang optimal, akibatnya saat air pasang, maka rembesan air asin masuk melalui rongga yang tidak padat. "Mungkin pengerjaannya kemarin tidak bersih dan banyak sampah batangan kelapa dan batang kelapa sawit yang ditimbun, akhirnya membusuk dan membuat rongga di benteng," ujarnya.
Hasil pantauan Rabu (20/4/2022) selain bagian atas bendungan yang retak-retak, hanya sudah dipoles atau didempul, bagian bawah bangunan juga terlihat retak-retak.
Begitu juga pintu klepnya diduga sudah ada yang rusak atau bocor, akibatnya ketika air pasang naik terlihat air masuk melalui bagian bawa pintu klep.
Pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Serdang Bedagai yang punya pekerjaan ini, lewat Kabid PSDA Chairu Vyatra, ST mengatakan, proyek tersebut masih dalam tahap pemeliharaan, meskipun sudah dibayar, hanya biaya jaminan pemeliharaan sebesar 5 persen dari kontrak yang belum dibayar.
Bendungan/dam ini dibangun dengan menggunakan dana APBD Kabupaten Serdang Bedagai tahun anggaran 2021 dengan nilai kontrak Rp 3.151.265.000,- dan dikerjakan oleh PT Daffa Buana Sakti, atas permintaan kelompok tani dari 2 desa, yang bertujuan untuk membantu para petani di 2 desa tersebut untuk melindungi areal persawahan dari masuknya air asin.
Kabid PSDA tersebut juga mengaku, baru menjabat kabid PSDA, "Maaf pak, saya baru di sini, namun walaupun demikian kita akan perbaiki, karena masih dalam masa perawatan hingga bulan enam nanti," tandasnya pertelepon saat dihubungi.