Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Harga barang di Jerman terus merangkak naik. Kondisi ini menyebabkan inflasi tahunan Jerman mencapai 30% pada Maret 2022.
Badan Statistik Jerman menyebutkan angka inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak 1949 atau 73 tahun lalu.
Dikutip dari CNN disebutkan, tingginya inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga energi yang mencapai 84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Penyebabnya juga karena harga gas alam yang naik hingga 144,8% pada Maret," Kata Kantor Statistik dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN, Kamis (21/4/2022).
Tingginya inflasi ini juga merupakan dampak dari penyerangan Rusia ke Ukraina. Karena itu para konsumen harus bersiap diri. Kemudian pengusaha dan pabrik juga harus menyesuaikan harga eceran akibat kenaikan ini.
Memang harga energi global telah mengalami kenaikan sebelum perang Rusia dan Ukraina. Namun, dengan perang ini harga semakin menjadi dan permintaan bahan bakar melonjak dan mempengaruhi harga barang lainnya. Penyebabnya adalah sanksi yang diberikan kepada Rusia terkait pembatasan ekspor batu bara dan minyak.
Kenaikan harga ini memang membuat Jerman ketar-ketir. Pasalnya Jerman sering kali koar-koar jika ekonominya stabil.
Namun akibat kenaikan harga ini dikhawatirkan kembali terjadi hiperinflasi seperti yang terjadi pada 1920 dan 1930-an.
Untuk merespon hal tersebut Bank Sentral Eropa mengerek suku bunga acuan. Presiden ECB Christine Lagarde mengungkapkan jika saat ini prospek perekonomian masih dibayangi ketidakpastian dan menyebut bank akan menaikkan suku bunga kredit setelah mengurangi pembelian obligasi pemerintah.
Henkel yang memiliki pabrik di Jerman mengumumkan akan menghentikan operasional mereka di Rusia. Perusahaan raksasa produsen bahan kimia senilai US$ 25 miliar itu mengalami guncangan finansial akibat gonjang-ganjing perekonomian.(dtf)