Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Bank Sentral AS atau The Fed di bulan depan (Mei) berencana untuk menaikkan bunga acuan sebesar 50 basis poin. Rencana The Fed tersebut sontak membuat tekanan pada pasar keuangan di AS, hingga Asia pada hari ini. Bahkan bursa Eropa yang mulai dibuka tidak luput dari tekanan hebat seiring dengan rencana kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS tersebut.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga tidak luput dari tekanan. IHSG merosot tajam di akhir pekan dan ditutup turun 0,7% di level 7.225,61. Sementara mata uang rupiah diperdagangkan dikisaran 14.395 per dolar AS pada perdagangan sore ini. Padahal pertengahan pekan ini rupiah sempat berada di bawah 14.300 per dolar AS.
"Dari sini terlihat jelas bahwa tekanan pasar keuangan lebih dikarenakan oleh faktor eksternal dimana ada kemungkinan kenaikan bunga acuan di AS. Karena secara keseluruhan pasar keuangan sebelumnya juga tidak merespon negatif kebijakan BI yang mempertahankan besaran bunga acuannya. Padahal The FED sebelumnya juga sudah menaikkan bunga acuannya," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Jumat (22/4/2022).
Gunawan mengatakan, tekanan di pasar keuangan domestik saat ini sudah terlihat, dimana Bank Sentral AS dinilai akan lebih agresif dalam menaikkan besaran bunga acuannya kedepan. Ini bisa jadi masalah tersendiri bagi Bank Indonesia (BI). Sejauh ini BI memang berhasil membuat kebijakan akomodatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tidak menaikkan bunga acuan.
"Tetapi yang menjadi pertanyaan, sampai kapan BI akan bertahan dengan sikap seperti itu?Kalau rupiah terus tertekan dan IHSG juga mengalami tekanan lanjutan, saya berpendapat bahwa besaran inflasi di tanah air, akan teralihkan dengan ancaman tekanan di pasar keuangan akibat sentiment luar. Inflasi nasional yang memang masih bisa lebih dikendalikan dibandingkan dengan negara lain, tidak akan menjadi alasan BI untuk tetap mempertahankan besaran bunga acuannya," kata Gunawan.
Dia menambahkan, tantangan kebijakan moneter saat ini menghadapi tanjakan terjal, dimana pertumbuhan ekonomi terpaksa harus di rem dengan kenaikan bunga acuan nantinya.
"Saya pesimis kalau BI bisa keluar dari tekanan eksternal yang besar ini dengan terus bersikap dovish. Pada akhirnya juga akan berhitung, dan bermuara pada kebijakan prioritas yang harus didahulukan demi menyelematkan kepentingan ekonomi nasional yang lebih besar," kata Gunawan.
Sementara itu, harga emas sejauh ini masih terpantau berada dikisaran US$ 1.946 per troy ons. Harga emas domestik bisa menguat pada saat ini. Tetapi bukan karena kenaikan harga emas dunia, tetapi lebih dikarenakan pelemahan rupiah. Harga logam mulia saat ini berada dikisaran Rp 903.000/gram, membaik dibandingkan dengan pertengan pekan ini yang sempat di bawah Rp 900.000/gram-nya.