Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi lebih lambat pada kuartal I tahun ini. Dikutip dari CNN disebutkan penyebabnya adalah karena inflasi yang cukup tinggi.
GDPNow Federal Reserve Bank of Atlanta mengungkapkan pertumbuhan diprediksi 1,3%. Angka ini memang merosot tajam jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan pada kuartal I 2021 yang mencapai 6,9%.
Ekonom menyebutkan jika pertumbuhan ini bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan masa sebelum COVID-19. Analis dari Action Economics mengungkapkan jika awal tahun ini memang dibayangi dengan varian Omicron, adanya lonjakan kasus dan pembatasan kembali berdampak pada pergerakan perekonomian.
Kemudian AS juga dibayangi dengan angka inflasi, ditambah penyerangan Rusia ke Ukraina turut membuat harga gas terkerek.
Selanjutnya pada Maret, data penjualan ritel menunjukkan penjualan secara keseluruhan saat ini hanya ditopang dari pengeluaran konsumsi energi bensin.
Sebelumnya Kepala Bank Sentral AS Jerome Powell memberikan sinyal ada kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan bulan depan.
Saat ini imbal hasil obligasi treasury 10 tahun naik menjadi 2,9% dalam beberapa hari terakhir. Ini merupakan level tertinggi sejak Desember 2018.
The Fed mengharapkan kenaikan suku bunga acuan ini bisa menjadi alat untuk melawan inflasi yang semakin tak terkendali. Namun ekonom dan investor khawatir dengan kenaikan suku bunga ini akan menekan pasar perumahan, belanja konsumen dan mendorong ekonomi AS ke jurang resesi.(dtf)