Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Medan, Ustaz Dr H Hasan Matsum MAg, menekankan perlunya 3 hal transformasi diri setelah menjalankan puasa Ramadan, tepatnya di Hari Raya Idulfifri 1 Syawal 1443 H. Hal itu ia sampaikan dalam khotbahnya pada salat Idulfiftri yang digelar Pemko Medan di Lapangan Merdeka Medan, Selasa (2/5/2022) pagi.
Ustaz Hasan Matsum menyampaikan transformasi pertama adalah transformasi fisik. "Transformasi fisik sesuai maknanya, puasa berarti menahan diri tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan suami istri di bulan Ramadan. iIi transformasi paling awal diperintahkan Allah dalam Surat Al Bakarah," ujarnya.
Hal itu menurutnya menjadi ayat yang menegaskan bahwa Allah mempersilahkan manusia untuk menikmati fasilitas dan makanan di bumi.
"Akan tetapi seiring dengan itu, apa yang kita makan, konsumsi pasti dapat menimbulkan efek kezaliman bagi diri sendiri dan orang lain. Seperti narkoba, miras dan sejenisnya. Karena akibatnya menimbulkan kezaliman seperti tawuran, geng motor, begal dan lainnya yang meresahkan masyarakat," ujarnya.
Transformasi kedua adalah spritual. Ia menyoroti masih banyaknya ragam perbuatan dosa yang dilakukan manusia dengan penuh kesadaran. Hal itu terjadi karena lemahnya kesadaran spritual, bahwa Allah maha melihat, sedang mengawasi perbuatan manusia.
"Setelah bulan Ramadan, kesadaran spiritual insani diharapkan menjadi motor transformasi, daya ubah spiritual dan sosial dalam menjalankan aktivitas hidup sebelas bulan kemudian," ujarnya.
Jika itu berhasil, maka diharapkan tidak terjadi lagi tindak piana korupsi, penyebaran hoaks, jual beli suara pemilihan dan sejenisnya, yang kesemuanya muncul karena lemahnya kesadaran spiritual dalam tingkah laku.
Sedangkan transformasi ketiga adalah sosial. Ia mengatakan, puasa Ramadan merupakan ibadah yang sangat kental dengan nilai-nilai sosial. Bahkan Rasulullah menjadikan perilaku sosial menjadi sebab bertambah dan berkurangnya nilai ibadah puasa.
Oleh karena itu, membangun kompetensi sosial di puasa Ramadan, setidaknya tercermin dalam kehidupan. "Namun agaknya inilah yang belum sesungguhnya kita capai," ujarnya.
"Hasil dari puasa belum tercermin dalam kehidupan kita yang penuh kasih sayang dan tolong menolong, sebagaimana dianjurkan dalam Islam," ujarnya lagi.
Sebaliknya, masih terlihat pertengkaran di negeri ini. Ironisnya itu terjadi hanya karena perbedaan pandangan hukum, perbedaan pilihan partai, berbeda pilihan pemimpin, sampai memutuskan hubungan persaudaraan sesama Muslim
"Ironisnya lagi ada yang sangat mudah, mengkafirkan saudara sebangsa ini. Kita juga masih memdayakan perbuatan gibah, aktivitas menggunjing, membicarakan keburukan orang lain yang marak dilakukan di negeri ini, utamanya melalui media sosial," ujarnya.
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah, Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution, dan Wakil Wali Kota Medan, Aulia Rachman, bersama keluarga, hadir mengimuti salat id.