Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Nama penyair Chairil Anwar terus bergema meski sudah berpulang sejak 28 April 1949. Sosok Si Binatang Jalang yang mati muda itu sukses menelurkan lebih dari 90 karya termasuk 70 puisi yang sampai sekarang masih melegenda.
Tahun ini menjadi momentum berharga bagi sosok Chairil Anwar dengan perayaan 100 tahun usianya. 100 tahun Chairil Anwar dirayakan dengan sejumlah acara yang diselenggarakan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU).
Setelah pembacaan puisi sampai doa di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, saat hari puisi nasional, gaung Chairil Anwar bakal tetap ada.
Putri tunggal Chairil Anwar dan Hapsah, Evawani Alissa, mengatakan apresiasinya sekaligus bangga karena puisi-puisi ayahnya masih dibaca.
"Tentu saja bangga dan gembira karena karya-karya Chairil terus dibaca dan dirayakan oleh generasi pembaca sekarang," ungkap Evawani Alissa kepada detikcom.
Secara khusus, keluarga juga berterima kasih kepada pihak penerbit yang telah merawat dan menjaga karya Chairil Anwar sampai hari ini.
Evawani memang tidak ingat betul sosok ayahnya ketika masih hidup. Chairil Anwar meninggal saat dia berusia dua tahun.
Tapi dari cerita ibunya, Hapsah itulah ia mengenal sosok pelopor puisi modern tersebut. Salah satu cerita yang diingat betul oleh Evawani tentang ayahnya mengenai 'panggilan'.
"Ibu pernah bercerita, sewaktu beliau saya mengandung saya, Chairil pernah bilang, nanti jika anak ini lahir, jangan minta dia memanggil saya ayah, panggil saja dengan nama saya, Chairil," sambungnya.
Seabad Si Binatang Jalang dirayakan dengan berbagai acara sepanjang tahun. MUlai dari April sampai Juli 2022, bakal ada cetak ulang sampul edisi khusus, pembacaan puisi bersama para penulis dan pembaca sampai bedah buku.
Perayaan 100 tahun Chairil Anwar, diakui Evawani, adalah salah satu cara untuk menjaga karya-karyanya tetap hidup.
"Di tangan Chairil, bahasa Indonesia menjadi sangat bertenaga untuk menggugah siapa pun yang membaca puisinya," katanya.
"Pengaruh Chairil masih pun masih dapat ditemukan pada puisi-puisi yang terbit pada hari ini. Bagaimana Chairil memberi "pondasi" bagi penyair-penyair Indonesia setelah masanya, rasanya itu pantas dihargai," pungkasnya.
Sepanjang kariernya, Chairil Anwar sukses menulis 96 karya termasuk 70 puisi. Pada 1942, dia mulai dikenal publik setelah pemuatan puisinya yang berjudul Nisan di usianya 20 tahun.
Sajak-sajak fenomenal lainnya di antaranya puisi Aku, Derai-Derai Cemara, Diponegoro, Senja di Pelabuhan Kecil, dan Doa.
Di awal dekade 1950-an, HB Jassin menobatkan Chairil Anwar bersama Asrul Sani dan Rivai Apin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Chairil Anwar meninggal pada 28 April 1949 ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional. dtc