Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan global bond atau surat utang untuk kebutuhan investasi smelter baru di Gresik laku keras di pasar internasional. Adapun global bond yang diterbitkan PTFI sebesar US$ 3 miliar atau setara Rp 42,9 triliun (kurs Rp 14.300).
"Global bond sudah bisa berhasil dilakukan, kita perlu bangga sebagai warga Indonesia. Bahwa global bond yang diterbitkan PTFI US$ 3 miliar itu laku keras di pasar internasional," ungkapnya saat wawancara bersama detiknetwork beberapa waktu lalu, dikutip Rabu (10/5/2022).
Tony juga mengungkap global bond itu laku dalam waktu sehari saja. Tidak hanya itu, dia mengklaim global bond untuk investasi smelter tembaga di Gresik itu merupakan yang terbesar di Asia Tenggara untuk beberapa tahun belakangan ini.
"Iya (satu hari) ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap PTFI yang juga bagian dari Indonesia sehingga kepercayaan untuk investasi di Indonesia. Ini salah satu penerbitan global bond terbesar di Asia Tenggara untuk beberapa tahun belakangan ini," jelasnya.
Dalam meyakinkan investor, Tony mengaku dengan cara menjual bukti hasil operasional, cash flow, hingga EBITDA PTFI yang baik. Selain itu, yang tak kalah penting menurut Tony mengenai environmental, social, and governance (ESG).
"Satu yang penting yang selalu ditanyakan oleh sebagian besar investor itu soal ESG, environmental, social, and governance. Dan ini dalam roadshow kita hampir semua yang ditanyakan itu. Ternyata mereka puas apa yang dilakukan PTFI mulai dari environmental, social, and governance," jelasnya.
Sebagai informasi, Global bond adalah obligasi internasional atau surat utang yang diterbitkan oleh suatu negara atau perusahaan dalam valuta asing. Biasanya, Global bond ini diperdagangkan di pasar internasional.
Untuk diketahui, mulai akhir 2021 lalu PTFI memang mulai membangun Smelter Tembaga baru di Gresik. Besaran investasi untuk membangun smelter itu US$ 3 miliar. Hingga saat ini progresnya sudah 23% dengan total yang dihabiskan dananya US$ 720 juta atau lebih dari Rp 10 triliun.
Target perusahaan, akhir tahun 2022 pembangunan sudah mencapai 50% dengan total biaya U$ 1,6 miliar. Target selesainya, untuk konstruksi akhir 2023.(dtf)