Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah selama sepekan ini dalam tekanan serius. Tekanan datang dari kenaikan bunga acuan pada Bank Sentral AS (The Fed) yang dinaikkan sebesar 50 basis poin. Dan kenaikan bunga acuan tersebut masih akan terus berlanjut. Dan kenaikan bunga acuan The Fed masih akan terjadi setidaknya hingga tahun depan. Realisasi inflasi yang cukup besar dalam 40 tahun terakhir, membuat pelaku pasar yakin kalau The Fed masih sangat agresif menaikkan bunga acuannya.
"Kebijakan The Fed membuat peasar keuangan bergerak dengan kecenderungan melemah. Dolar AS menjadi lebih menarik dibandingkan dengan asset pasar keuangan lainnya. Rupiah selama sepekan ini terdepresiasi di kisaran 14.640/dolar AS. Padahal di pekan lalu rupiah sempat berkutat di kisaran 14.400/dolar AS," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Jumat (13/5/2022).
Nasib yang tak jauh berbeda juga dialami oleh kinerja IHSG. IHSG mengalami tekanan hebat di awal pekan, dan terus melanjutkan pelemahannya hingga akhir pekan ini. Pada hari ini, IHSG ditutup melemah 0,028% di level 6.597,99. Pelemahan IHSG juga dirasakan oleh sejumlah bursa di Asia lainnya.
Pelaku pasar menanti Bank Indonesia (BI) dalam merespon kebijakan Bank Sentral AS tersebut. Kebijakan BI akan menjadi kebijakan yang merubah arah pergerakan pasar selanjutnya. Sejauh ini pelaku pasar sangat yakin BI akan menyesuaikan kebijakan bunga acuannya.
"BI 7 DRR diperkriakan akan dinaikkan seiring tekanan pasar keuangan yang meningkat dan mengikuti perkembangan bunga acuan global yang dalam tren naik. BI akan menjadi juru selamat buat IHSG dan rupiah agar keluar dari tekanan," kata Gunawan.
Disisi lain, harga emas juga masih dalam tekanan besar. Pada hari ini, emas diperdagangkan dikisaran level US$ 1.823/troy ons. Dengan mengacu kinerja mata uang rupiah saat ini, maka emas ditransaksikan dikisaran level Rp 860.000/gram.