Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Perusahaan energi Rusia RAO Nordic menyetop pengiriman listrik ke Finlandia. Menurut perusahaan yang menjual listriknya ke pasar Nordik ini, masalah pembayaran menjadi salah satu alasannya.
Mengutip BBC, RAO Nordic mengatakan Finlandia belum membayar terkait biaya pengiriman sebelumnya. Namun Baik Rao Nordic maupun operator jaringan di Finlandia, Fingrid, tidak menjelaskan apa yang melatarbelakangi kesulitan pembayaran tersebut.
Menurut Fingrid, Rusia hanya menyediakan sebagian kecil pasokan listrik di negaranya. Sehingga penangguhan pengiriman yang dilakukan Rusia dapat diganti dengan sumber alternatif.
Fingrid pun memprediksi tidak akan terjadi kekurangan pasokan listrik di Finlandia karena hanya 10% saja yang dipasok dari Rusia.
"Kurangnya impor listrik dari Rusia akan dikompensasi dengan mengimpor lebih banyak listrik dari Swedia dan dengan menghasilkan lebih banyak listrik di Finlandia," kata Reima Päivinen, wakil presiden senior operasi sistem tenaga di Fingrid, dikutip dari BBC, Sabtu (14/5/2022).
Kamis Lalu Rusia mengancam akan 'balas dendam' setelah Finlandia mengumumkan rencananya bergabung dengan NATO. mengambil "langkah pembalasan" setelah Finlandia mengatakan pihaknya berencana untuk bergabung dengan NATO.
Finlandia dan Rusia merupakan negara tetangga dengan garis batas negara sepanjang 1.300 km (800 mil). Sebelumnya Finlandia menjauhi NATO untuk menghindari konflik dengan Rusia. Namun sejak invasi ke Ukraina dan dukungan dari publik, pemerintah berencana bergabung dengan NATO.
Diperkirakan Finlandia akan mengumumkan hal ini secara resmi pada hari Minggu. Apa yang diputuskan Rao Nordic belum secara eksplisit terkait dengan keputusan Finlandia bergabung dengan NATO.
"Situasi ini luar biasa dan terjadi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua puluh tahun sejarah perdagangan kami," kata perusahaan asal Rusia ini.
Bulan lalu Rusia memotong pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia setelah kedua negara menolak untuk membayar menggunakan rubel.(dtf)