Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Konflik geopolitik Rusia dan Ukraina mengakibatkan munculnya krisis global di tengah pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19. Konflik politik itu juga telah menyebabkan terjadinya krisis pangan global yang saat ini menjadi ancaman berat bagi dunia.
Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid mengkhawatirkan fenomena ini akan berdampak sistemik berupa krisis sosial maupun politik.
Kelangkaan beberapa komoditas bahan pangan seperti kedelai dan gandum, hingga kelangkaan pasokan minyak akibat perang menyebabkan inflasi global yang ditandai dengan kenaikan harga barang dan jasa secara umum.
Inflasi yang tinggi dapat melemahkan daya beli masyarakat dan dampaknya paling dirasakan oleh masyarakat kurang mampu dan berpotensi menyebabkan krisis sosial, di mana terjadi risiko peningkatan angka kemiskinan dan kesenjangan sosial yang semakin melebar. Seperti diketahui, proteksi bahan pangan masing-masing negara sudah mulai dilakukan, tidak ada lagi slogan pro-ekspor untuk bahan pangan.
"KADIN Indonesia akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam upaya pencegahan dan meminimalisir krisis pangan sehingga tidak berdampak menjadi krisis sosial yang kemudian bisa menjadi krisis politik dalam negeri," kata Arsjad dalam keterangan tertulis, Minggu (15/5/2022).
Arsjad menyebut KADIN Indonesia akan selalu berkoordinasi dengan pemerintah, terutama dalam penguatan ketahanan pangan Indonesia di sektor pertanian.
"KADIN Indonesia memiliki sebuah program pendampingan UMKM dengan skema close loop yang ditujukan untuk membina para petani, serta menciptakan kerja sama antara perusahaan besar maupun kecil dengan para petani di Indonesia. Harapannya program ini dapat meningkatkan ketangguhan petani di Indonesia di tengah tantangan inflasi dan perubahan iklim," tuturnya.
Walaupun dampak inflasi di Indonesia relatif kecil dibanding di negara lain, Indonesia dinilai harus bersiap diri dalam mengantisipasi imbas inflasi global. Dibutuhkan gotong royong, dialog sosial dan kerja sama antara berbagai pihak termasuk pemerintah, pelaku usaha, dan buruh untuk menghadapi tantangan krisis ini.
"Kerjasama antar negara juga sangat penting. Indonesia dalam hal ini memegang peran yang kritikal dalam mempererat kerja sama ekonomi Internasional ini, terutama melalui presidensi G20 2022," imbuhnya.
KADIN Indonesia sebagai penyelenggara Business Forum B20, mengajak seluruh negara anggota G20 untuk ikut dalam dialog perumusan solusi pemulihan dan penguatan ekonomi global.
Tidak hanya itu, Indonesia melalui B20 tahun ini berkomitmen untuk memerangi pandemi dan ekonomi krisis ini melalui hasil kerja yang konkret dan nyata melalui investasi dan proyek kerja sama lainnya di bidang transisi energi, infrastruktur kesehatan, digital dan inklusif ekonomi.
Arsjad mengatakan KADIN Indonesia juga menyambut baik adanya Indo-Pacific Agreement untuk menjalin kedekatan antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS). Walaupun sampai saat ini belum ada isi persetujuan tersebut, Indonesia disebut harus mempersiapkan segala kemungkinan dan memanfaatkannya sebagai kerja sama dalam menunjang pembangunan ekonomi, terutama untuk perluasan akses pasar, peningkatan perdagangan dan investasi.
Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dengan populasi 1/3 dari total populasi ASEAN, Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi katalisator pemulihan ekonomi global, terutama dalam memajukan negara-negara berkembang di tengah krisis global yang sedang dihadapi dunia.
"KTT ASEAN-AS menghasilkan sinergi yang baik antara Indonesia dan AS. Setidaknya dari pembicaraan yang dibahas dalam KTT ASEAN-AS, banyak perusahaan besar maupun UMKM AS yang tertarik serta berkomitmen untuk melakukan ekspansi dan realisasi bisnis di Indonesia," jelas Arsjad.
AS juga diklaim memberi komitmen senilai US$ 150 juta untuk pengembangan di ASEAN. "Transisi energi, kesehatan dan ekonomi digital juga banyak didiskusikan. Minat investasi juga dibicarakan di sektor pertambangan yang ada di Indonesia, misalnya nikel. Lalu investasi di industri obat-obatan hingga baterai," terangnya.(dtf)