Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Lama terpuruk dihantam pandemi covid-19, harga biji kopi Arabika di Tapanuli Utara tembus Rp 40.000/Kg untuk grade A (kualitas super). Posisi harga saat ini meningkat tajam lebih dari 100% jika dibandingkan dengan harga pada dua tahun terakhir, dimana selama pandemi harga anjlok di kisaran Rp 16.000/Kg.
Untuk diketahui, harga biji kopi di pasar dunia dipengaruhi oleh bursa terminal kopi dunia di New York Amerika Serikat (jenis arabika) dan terminal kopi dunia di London Inggris (jenis robusta).
Pimpinan PT Sumatera Specialty Coffees (SSC) yang beralamat di Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara, Joko Prabowo, mengatakan, naiknya harga biji kopi membawa angin segar bagi petani dan semakin menggairahkan bisnis kopi.
Perusahaan pengumpul biji kopi ternama dan terbesar di Taput itu mencatat, posisi harga saat ini merupakan tertinggi dalam sejarah sejak perusahaan eksportir dan pemasok biji kopi ke gerai kopi Starbucks tersebut beroperasi di Taput.
"Harga biji kopi yang tembus Rp 40.000/Kg saat ini pecah rekor. Tertinggi dalam sejarah sejak kami beroperasi di Taput tahun 2000," katanya kepada medanbisnisdaily.com di kantornya Senin (23/5/2022).
Ia mengaku harga biji kopi, khususnya jenis arabika di pasar dunia diperkirakan masih akan terus meningkat seiring dengan tingginya permintaan pasar dan pengapalan (shipping) yang berangsur normal, meski belum sepenuhnya pulih.
"Proses pengapalan di pintu ekspor masih sedikit terkendala, tetapi kami yakin proses shipping akan kembali normal pasca pandemi covid," kata Joko Prabowo.
Produksi Biji Kopi Taput Turun Drastis
Naiknya grafik harga biji kopi di pasar dunia yang mencapai rekor tertinggi, ternyata berbanding terbalik dengan produksi biji kopi di wilayah Tapanuli Utara dan daerah sekitarnya.
Joko Prabowo menjelaskan, di saat harga mencapai rekor tertinggi, produksi biji kopi Taput dan daerah sekitarnya termasuk Humbang Hasundutan justru mengalami penurunan secara drastis. Menurutnya, produksi biji kopi turun hingga mencapai 50% jika dibandingkan dengan produksi tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu kata dia, dibuktikan dengan menurunnya jumlah pembelian biji kopi dari petani dalam kurun waktu yang sama tahun lalu. Hingga semester pertama tahun 2022, produksi biji kopi petani yang ditampung PT SSC masih berada di kisaran 1.000 ton. Menurun drastis jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3.000-3.500 ton/ semester. "Produksi menurun sangat drastis," ungkapnya.
Turunnya produksi biji kopi yang sangat drastis ditengarai karena banyak petani kopi beralih ke palawija dan jagung. Hal itu kata dia sebagai imbas dari anjloknya harga selama dihantam pandemi covid-19 di dua tahun belakangan, sehingga petani tidak lagi bergairah dan beralih kepada tanaman jagung yang lebih praktis.
"Selama dua tahun terakhir, harga biji kopi anjlok, tidak sebanding lagi dengan biaya produksi. Akibatnya banyak petani mitra kita yang beralih bertanam jagung," jelas Joko Prabowo.