Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Para petinggi Bank Central mengatakan bahwa kripto bukanlah mata uang nyata, dalam momentum Diskusi Panel pada World Economic Forum (WEF) di Davos pada Senin (23/05/2022). Forum tersebut akhirnya dilaksanakan setelah 2021 sempat dibatalkan akibat pandemi COVID-19.
Pernyataan mengenai kripto tersebut di dukung dengan kondisi saat ini di mana stablecoin tidak stabil dan cryptocurrency tidak berlaku seperti mata uang.
Tampaknya tidak mungkin untuk saat ini uang digital punya peluang memenangkan hati para perusahaan. Setidaknya hal tersebut tidak mungkin terjadi sampai kripto mulai berprilaku lebih seperti mata uang tradisional. Hal tersebut disampaikan oleh Bankir Sentral dan Regulator dalam diskusi panel tersebut, dilansir melalui CNN, Senin (23/05/2022).
Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) merupakan momentum yang melibatkan ribuan pemimpin politik, bisnis, dan masyarakat terkemuka untuk bersatu dan mencoba mencari solusi bagi berbagai permasalahan di dunia.
Harga cryptocurrency seperti bitcoin dan ethereum, pun dengan harga stablecoin seperti Luna dan Terra USD, hingga kini jatuh nilainya dan merugikan banyak investor dalam prosesnya.
"Bitcoin mungkin disebut koin tetapi itu bukan uang. Ini bukan penyimpan nilai yang stabil," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional.
Georgieva mengatakan bahwa beberapa cryptocurrency lebih mirip dengan skema piramida untuk era digital karena tidak didukung oleh aset nyata. Namun dia menambahkan bahwa mata uang digital bank sentral (CBDC) yang didukung oleh pemerintah sebenarnya bisa stabil.
François Villeroy de Galhau, Gubernur Bank Sentral Prancis, setuju dengan pernyataan tersebut.
"Cryptocurrency bukanlah alat pembayaran yang dapat diandalkan. Seseorang harus bertanggung jawab atas nilainya dan harus bisa diterima secara universal sebagai alat pertukaran," kata Villeroy. Dia mencatat bahwa beberapa warga telah kehilangan kepercayaan pada crypto karena volatilitas besar-besaran, dilansir dari CNN.
Dia menambahkan bahwa pemerintah yang ingin mengadopsi mata uang digital harus melakukannya dalam kemitraan dengan bank komersial besar.
Panelis lain dalam diskusi panel tersebut bertanya-tanya mengenai tujuan jangka panjang dari mata uang digital.
Sethaput Suthiwartnarueput, Gubernur Bank of Thailand, mengatakan bahwa Thailand telah bereksperimen di dunia mata uang digital. Tapi dia mengatakan bahwa harus jelas masalah apa yang ingin diselesaikan.
"Kami tidak ingin melihatnya sebagai alat pembayaran," kata Suthiwartnarueput, menambahkan bahwa kripto lebih merupakan investasi daripada alat tukar.
Villeroy menyebutkan bahwa eksperimen oleh El Salvador untuk menggunakan bitcoin sebagai mata uang legal menunjukkan betapa berisikonya merangkul cryptocurrency.
"Saya lebih suka warga El Salvador memiliki akses ke euro," guraunya.
Georgieva mencatat bahwa uang digital dapat menjadi barang publik global yang dapat membantu orang melakukan pengiriman uang melintasi perbatasan. Kuncinya adalah untuk interoperabilitas, sehingga transfer mata uang digital sama mudahnya dengan mata uang kertas seperti dolar dan euro.
Tetapi panelis menekankan bahwa akan butuh waktu bagi mata uang digital untuk berevolusi dan menjadi lebih umum bagi konsumen, lembaga keuangan utama, dan pemerintah.
Anggota parlemen di Amerika Serikat serta Federal Reserve juga memperdebatkan pro dan kontra dari mata uang yang didukung secara digital.(dtf)