Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Beberapa perusahaan rintisan atau startup disebut-sebut sedang dilanda bubble burst atau situasi bubble yang terjadi ketika nilai pasar naik sangat cepat, terutama pada nilai aset dan diikuti dengan penurunan yang cepat.
Menanggapi hal tersebut mantan Menteri Kominfo Rudiantara mengungkapkan sebenarnya yang saat ini terjadi dalam usaha rintisan baik yang menggunakan teknologi atau digital start up (DSU) maupun konvensional selalu memiliki risiko kegagalan.
"Sebanyak 10% DSU gagal pada tahun pertama dan setelah tahun ke lima (5) hanya menyisakan 10% DSU yang survive," kata dia saat dihubungi, Jumat (27/5/2022).
Dia menyebutkan, dalam usahanya orientasi investor mengalami perubahan. Apalagi adanya pandemi COVID-19 yang sebelumnya fokus kepada traction atau jumlah yang download aplikasi, pengguna dan transaksi kini berubah menjadi EBITDA atau road to profitability.
"Sehingga era 'bakar uang' untuk mengejar traction disebut sudah lewat. Hal ini karena diarahkan oleh tekanan dari investor pada ventur capital (VC) yang harus merealisasikan keuntungan investasinya," jelas dia.
Nah hal inilah yang membuat investor tak lagi melihat road to profitability tak mau lagi berinvestasi. Kondisi ini mempengaruhi cash flow dan harus mengurangi pengeluaran antara lain adalah untuk biaya karyawan.
"Saya tidak melihat saat ini terjadi bubble burst karena akan ada DSU-DSU baru dan uang investor juga akan selalu mencari DSU yang lebih memberikan harapan jelas akan 'Road To Profitability' nya," jelas dia.(dtf)