Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Panglima Denai adalah satu di antara nama jalan yang ada di Kota Medan. Ada pun Panglima Denai sering kali dikaitkan dengan makam keramat kuda yang ada di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Akan tetapi, sedikit literatur yang menjelaskan mengenai sepak terjang Panglima Denai ke publik. Lantas bagaimana sosok Panglima Denai di mata sejarawan yang ada di Kota Medan?
Sejarawan muda Kota Medan M Azis Rizky Lubis menilai Panglima Denai memang sosok yang misterius. Sejauh ini ia telah coba menelusuri sosok Panglima Denai dari literatur yang ada di Universitas Leiden dan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) yakni sebuah lembaga ilmiah yang didirikan pada tahun 1851.
"Panglima Denai memang sosok yang misterius. Bahkan sampai saat ini kita belum tahu nama aslinya dan bagaimana kiprah yang dilakukan sehingga namanya diabadikan menjadi nama jalan di Kota Medan," ujarnya di Medan, Sabtu (28/5/2022).
"Dalam beberapa literasi, tahun 1823, 1880, 1904, nama Panglima Denai tidak muncul. Lalu, ada juga tambahan yang dibuat orang Inggris bernama John Anderson yang pernah datang dari Singapura kemudian masuk ke wilayah Sumatera Timur sekitar tahun 1823, juga tidak menemukan nama Panglima Denai," tambah dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ini.
Dalam penelusuran literasi tersebut ada beberapa hal yang dapat dikaitkan dengan Panglima Denai. Dia mengatakan, sekitar tahun 1823 ada Kerajaan Denai yang merdeka dan terdiri dari tiga wilayah, yakni Patumbak, Percut, dan Denai.
"Saat itu kerajaan Denai dipimpin oleh Raja Graha. Nah, pada saat itu kerajaan Denai memiliki benteng yang dijaga oleh tujuh panglima. Masing-masing panglima memang tidak disebutkan namanya. Tapi, disebutkan di antara tujuh panglima Denai itu ada satu panglima yang paling kuat. Nah, saat ini saya kira itu lah sosok Panglima Denai," ungkapnya.
Aziz mengatakan kerajaan Denai sempat diserang oleh kerajaan Deli untuk misi penaklukan dan memperluas wilayah. Pada penyerangan pertama, kerajaan Deli gagal meraih kemenangan.
"Itu dikarenakan kekuatan Panglima Denai. Tapi, kenapa nama Panglima Denai ini tersohor, karena penyerangan Deli tidak hanya perluasan tapi juga agar kerajaan Denai tunduk pada pemerintah kolonial Hindia Belanda yang telah menundukkan Deli," tambahnya.
"Akan tetapi, tahun 1860 kerajaan Denai berhasil ditaklukkan dan tampuk raja Graha diganti oleh anaknya. Saat itu, kerajaan Denai diserahkan ke Kesultanan Serdang," sebutnya.
Selain penelusuran dari literasi, dia mengatakan Panglima Denai juga ada dalam versi cerita rakyat yang beredar. Azis mengungkapkan hal itu berkaitan dengan makam keramat kuda yang ada di Deli Serdang.
"Banyak orang mengaku mendengar langkah kaki kuda dari panglima Denai di sekitar makan itu. Dalam cerita rakyat, Panglima Denai disebutkan dengan sosok yang sangat kuat dan ada satu ulama datang dari Mekah datang ke kerajaan Denai. Raja Graha dikabarkan masuk Islam dan berguru kepada pemuka agama itu," ucapnya.
"Alhasil, saat itu Panglima Denai juga ikut menuntut ajaran agama Islam. Lalu ada anggapan panglima tidak mati. Makanya ada yang mengatakan kuda yang datang ke makam tersebut adalah milik Panglima Denai," sebutnya.
Azis mengungkapkan ada hal yang bisa dipetik dari sosok Panglima Denai yang didapat melalui literatur. Yakni, mengenai semangat Panglima Denai untuk melawan kolonialisme.
"Saat itu ada semangat menginginkan satu negeri yang merdeka. Nilai itu lah yang harus dilihat generasi muda, bahwa kemerdekaan terhadap satu negeri itu harus diperjuangkan," tutupnya.(dtc)