Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Di bulan Mei 2022, Sumatra Utara (Sumut) diperkirakan masih akan mencetak inflasi dalam rentang 0,15% hingga 0,22%. Perkiraan ini memang tidak akan setinggi bulan sebelumnya. Tapi kenaikan sejumlah komoditas pangan diantaranya seperti telur ayam, daging ayam, cabai merah dan cabai rawit, serta sejumah komoditas pangan hortikultura menjadi pendorong kenaikan inflasi.
"Terlebih belakangan harga cabai merah mengalami kenaikan cukup tajam. Terakhir harga cabai merah dijual paling mahal dikisaran Rp 50.000/kg, padahal di awal bulan harga cabai merah sempat di bawah Rp 20.000/kg. Tetapi untuk kenaikan harga cabai merah ini belum akan memicu kontribusi yang signifikan terhadap inflasi," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Rabu (1/6/2022).
Gunawan mengatakan, karena naiknya harga cabai terjadi di pekan terakhir bulan Mei, tetapi kalau harga cabai terakhir bertahan mahal dan berlanjut di bulan Juni. Maka bulan Juni harga cabai akan memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan laju tekanan inflasi. Laju tekanan inflasi di bulan Mei juga akan dipengaruhi oleh banyak kenaikan komoditas pangan hortikultura lainnya seperti tomat maupun jenis sayuran sayuran lain.
Sementara itu, kenaikan harga gandum, jagung serta beberapa komoditas bahan pangan pokok juga berpeluang mengerek kenaikan laju tekanan inflasi. Ditambah lagi kenaikan harga tiket pesawat juga masih berpeluang mendorong kenaikan laju tekanan inflasi di bulan ini.
Namun kedepan, seiring dengan tingginya potensi kenaikan harga energi dunia. Inflasi masih berpeluang untuk terus terbentuk. Belum ada tanda-tanda bahwa laju tekanan inflasi akan terhenti. Kalau melandai memang kemungkinan tersebut ada. Tetapi potensi inflasi untuk kembali naik justru memiliki peluang yang lebih besar.
"Laju tekanan inflasi akan terus menghantui perekonomian Sumui maupun nasional, meski hari besar keagamaan nantinya baru jatuh pada Desember mendatang. Karena potensi pemicu inflasi selanjutnya adalah kenaikan sjeumlah komoditas pangan maupun energi. Tidak ada yang bisa menghindar dari kemungkinan kenaikan laju tekanan inflasi tersebut," kata Gunawan.
Sejauh ini, perkembangan perang yang memicu kenaikan harga energi dan mengganggu pasokan pangan global secara jelas terlihat dan masih terus terjadi hingga saat ini. Beluma ada tanda-tanda bahwa inflasi akan melandai atau bahkan laju inflasinya terhenti.