Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Harga minyak mentah melemah setelah perdagangan berfluktuasi di hari Senin. Pelemahan ini dipengaruhi oleh kebijakan Arab Saudi yang menaikkan harga minyak mentah untuk bulan Juli.
Padahal masih ada kekhawatiran jika peningkatan target produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi atau OPEC+ dapat mengurangi jumlah pasokan.
Harga minyak mentah Brent turun 21 sen atau 0,2% ke level US$ 119,51 per barel. Padahal harganya sempat menyentuh level tertinggi sebesar US$ 121,95.
Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) minyak mentah ringannya ke pasar Asia menjadi US$ 6,50. Harga tersebut berada di atas harga acuan Oman/Dubai, dan tidak jauh dari rekor puncak harga minyak di bulan Mei.
Naiknya harga minyak mentah turut dipengaruhi keputusan OPEC+ yang bakal meningkatkan produksi sebesar 50%. OPEC+ berencana meningkatkan produksi menjadi 684.000 barel per hari di bulanJuni dan Agustus.
Pasokan minyak mentah ke kilang Amerika Serikat (AS) berkurang sekitar 6% dibanding empat tahun lalu. Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch menyebut hal ini terkait dengan tingkat kebutuhan untuk menutupi jumlah kekurangan berkontribusi pada ketatnya pasar bensin dan solar.
Semua Anggota OPEC+ meningkatkan target mereka. Namun banyak yang terbatas ruang geraknya, termasuk Rusia, yang mendapatkan sanksi akibat invasi ke Ukraina.
"Kami memperkirakan peningkatan produksi OPEC+ menjadi sekitar 160.000 barel per hari pada Juli dan 170.000 barel per hari pada Agustus," kata analis JP Morgan, dikutip dari Reuters, Selasa (7/6/2022).
Senin lalu Citibank dan Barclays menaikkan proyeksi harga mereka tahun 2022 dan 2023, mengaitkan dengan turunnya ekspor minyak Rusia sekitar 1 juta hingga 1,5 juta barel per hari. Secara terpisah, Eni dari Italia dan Repsol dari Spanyol dapat mengimpor minyak Venezuela dengan dengan volume kecil mulai bulan depan.(dtf)