Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padang Sidimpuan. Pemerintah Kota (Pemko) Padang Sidempuan belum bisa memastikan hewan kurban yang akan disembelih pada hari raya Iduladha 1443 H benar-benar bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
PMK atau Foot and Mouth Disesase (FMD) dan Apthtae Epizooticae menjadi sangat dikawatirkan karena penularannya yang sangat cepat.
"Kita masih menunggu hasil dari laboratorium, ada 20 sampling yang kita berikan untuk diuji. Kita berharap pandemi PMK ini tidak ditemukan di Kota Padang Sidimpuan," ujar Kepala Dinas Pertanian melalui Kabid Peternakan, Ahmad Rifai didampingi Kepala Seksi Bidang Kesehatan Hewan dr Nelly, Senin (13/6/2022).
Tim dokter hewan di daerah ini terus memantau dan melakukan pengawasan pergerakan hewan kurban khususnya hewan kurban yang masuk dari luar daerah.
"Kita lebih mengkhawatirkan hewan kurban yang masuk dari luar. Kalau hewan ternak yang yang dibesarkan di Kota Padangsidimpuan sudah kita pantau dan hasilnya insya Allah bebas dari penyakit PMK tersebut," tambah dr Hewan Nelly.
Kasus penyakit mulut dan kuku ini pertama kali ditemukan di Gresik Jawa Timur pada 28 April 2022 dan telah mengalami peningkatannya rata-rata. Menteri Pertanian Syahrul Lippo telah menyatakan bahwa kasus ini disebabkan virus yang penularannya sangat cepat.
Menteri Pertanian juga menemukan kasus PMK ini telah menyebar tidak hanya di Jawa Timur di Lamongan, Mojokerto dan Aceh Tamiang dan Aceh Timur telah ditemukan kasus yang sama.
Atas temuan kasus PMK ini seluruh daerah melakukan langkah pencegahan termasuk memeriksa kesehatan hewan khususnya hewan kurban pada hari raya Iduladha tahun 2022.
Pemko Padang Sidimpuan dengan keterbatasan tenaga kesehatan hewan melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban sebelum proses penyembelihan pada hari raya Idul Adha yang jatuh pada 9 Juli 2022.
"Keterbatasan tenaga kesehatan hewan kita tidak jadi penghalang untuk melakukan pemantauan dan pengawasan hewan kurban," kata Ahmad Rifai.
Dijelaskan saat ini Pemko Padangsidimpuan hanya hanya punya dua dokter hewan satu tenaga paramedik. Dia optimis kedepannya pemerintah memperhatikan kekurangan tenaga kesehatan yang sesungguhnya di sejumlah daerah juga kekurangan dokter hewan.
Munculnya kasus baru yang disebut PMK sesungguhnya sudah pernah ada sebelumnya. Dan temuan pada tahun 1990 kasus ini telah dinyatakan endemi dan telah dapat disembuhkan.
"Justru yang dikawatirkan itu ketika penyakit yang ditemukan di Sumatera Utara seperti gatal-gatal pada hewan atau semacam penyakit cacar namanya, ini belum ada obatnya," kata dr Hewan Nelly.
Menurut dr Hewan Nelly bahwa virus yang menginfeksi akan membuat sapi demam, tidak nafsu makan, menggigil, produksi susu berkurang drastis. Sapi yang terinfeksi PMK juga menunjukkan tanda-tanda kerap menggosokkan bibir, menggertakan gigi, dan mengeluarkan liur. Selain itu, pada kasus sejumlah sapi yang terinfeksi mengalami pincang karena luka pada kaki yang berakhir dengan kuku yang lepas.
Adanya kasus PMK ini tidak membuat surut warga masyarakat untuk berkurban. Hanya saja dihimbau agar panitia kurban lebih memperhatikan kesehatan hewan yang akan dijadikan kurban. "Jangan hanya melihat harga yang lebih murah namun kesehatan hewan kurban penting diperhatikan," ujar dr Hewan Nelly.