Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Parapat. Setelah terkontraksi cukup dalam di masa pandemi dengan pertumbuhan terendah terdapat pada Desember 2020 yang minus 4,28% yoy dan posisi outstanding terendah di Desember 2021 sebesar Rp211 triliun, di tahun 2022, penyaluran kredit mulai bergerak pulih. Per April 2022, penyaluran kredit mampu tumbuh sebesar 6,82% yoy dengan outstanding Rp230 triliun.
"Kondisi ini telah melebihi pencapaian periode sebelum pandemi yang pertumbuhannya sebesar 4,89% pada April 2019," kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 5 Sumbagut, Yusup Ansori, pada Media Gathering Kantor OJK Regional 5 Sumbagut, di Niagara Hotel, Parapat, Jumat (17/6/2022).
Berdasarkan pemantauan OJK per April 2022, kredit bank umum kepada sektor pertanian di Sumut sudah mulai menunjukkan pemulihan dengan pertumbuhan sebesar 7,80% secara yoy. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit komoditas utama Sumut.
Kredit perkebunan kelapa sawit sebagai komoditas dengan share terbesar yaitu 81,26%, akhirnya dapat bertumbuh positif dan relatif baik sebesar 5,59% yoy. Kredit komoditas utama lainnya juga tercatat bertumbuh cukup signifikan seperti padi dengan pertumbuhan 49,24% yoy dan kopi yang bertumbuh 40,88% yoy. Sementara untuk karet bertumbuh 5,01% secara yoy.
Yusup mengatakan, pertumbuhan kredit yang relatif tinggi tersebut juga diiringi dengan perkembangan restrukturisasi yang semakin melandai dan rasio kredit macet atau NPL yang semakin menurun.
Restrukturisasi terdampak Covid-19 untuk bank umum juga meneruskan tren yang melandai sejak Desember 2020. Berdasarkan pemantauan per April 2022, restrukturisasi tercatat sebesar Rp 16 triliun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian dari debitur yang mendapatkan fasilitas stimulus, sudah semakin membaik.
"Harapan kami, tentunya, dengan pemulihan pertumbuhan kredit dan ekonomi, restrukturisasi ini secara gradual akan turun dan akan dapat dinormalkan di suatu titik tertentu. Dalam hal itu, kami terus melakukan pengawasan kepada bank agar terus memantau dan membuat pencadangan untuk mengantisipasi kredit bermasalah ke depannya," kata Yusup.
Sementara itu, bank umum yang berkantor pusat di Sumut, yang terdiri dari Bank Sumut dan Bank Mestika Dharma, memperlihatkan peningkatan kinerja intermediasi, tercermin dari pertumbuhan positif untuk total aset dan penghimpunan DPK masing-masing sebesar 9,42%, dan 9,40% secara yoy.
Penyaluran kredit menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar 10,55% yoy. Sudah melebihi proyeksi pertumbuhan 7,5% di akhir tahun. Pertumbuhan tersebut disertai dengan profil risiko yang terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,70%. "Kedua bank umum di Sumut juga tercatat menghasilkan laba sebelum pajak pada April 2022 sebesar Rp434 miliar, meningkat 26,89% dibanding periode yang sama tahun lalu," kata Yusup.
Sama seperti bank umum daerah, BPR/BPRS di Sumut juga memperlihatkan peningkatan kinerja yang baik, khususnya dalam kontribusinya menyalurkan kredit. Per April 2022, total aset bertumbuh 7,66% yoy, penghimpunan DPK bertumbuh 8,45% yoy, dan penyaluran kredit/pembiayaan dapat didorong bertumbuh double digit sebesar 13,09% yoy.
Salah satu upaya yang OJK lakukan dalam memperkuat posisi BPR/BPRS adalah dengan mendorong proses merger, konsolidasi, dan akuisisi. Hingga saat ini, terdapat 53 bank dari yang sebelumnya 60 bank pada Desember 2020. "Tujuannya adalah dalam memperkuat layanan, permodalan dan infrastruktur, serta mendukung upaya program pemerintah dalam rangka konsolidasi," kata Yusup.