Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Selain jemaat HKBP, teman-teman Ephorus Emeritus HKBP DR (HC) William TP Simarmata, MA baik rekan kerja dan sahabatnya mengungkapkan rasa kehilangan atas kepergiannya di usia 68 tahun.
Salah satu yang merasa kehilangan dan menyampaikan sejumlah testimoni terhadap sosok pendeta yang di usia sangat muda telah dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal HKBP itu adalah Kepala Departemen Diakonia HKBP selama 2 periode, Pdt Nelson Flores Siregar STh.
"Beliau, selain diberi kepercayaan penting di HKBP sebagai Sekjend 1998-2008, termasuk sekjend termuda selama ini di HKBP, " kata Nelson Flores kepada medanbisnisdaily, Minggu (19/6/2022), di Pea Nature, Siborongborong, Tapanuli Utara.
Nelson Flores juga menjelaskan, WTP Simarmata juga menjadi Ketua Rapat Pendeta 2009-2013. Kemudian menjadi Ephorus HKBP periode 2013-2017.
"Terakhir, menjadi dosen luar biasa di Universitas HKBP Nommensen," terangnya.
Pendeta Nelson Flores Siregar pernah merasakan penderitaan bersama WTP Simamata di masa kelam pergolakan HKBP. Ia menjelaskan, selain di gerakan oikumene, WTP Simarmata (akrab di sapa WTP) pun terlibat banyak di organisasi, dimulai dari tingkat Provinsi Sumatera Utara sebagai Ketua Umum PGI Sumut 2009-2014.
WTP juga pernah terpilih memimpin jabatan di gerakan oikumene di luar negeri sebagai Ketua Moderator UEM di Jerman dari tahun 2017 hingga saat ini dan ketua di Gereja se-Asia dan di Lutheran World Fedaration.
"Terakhir, tidak hanya di kedua institusi itu, dia juga sampai sekarang masih menjabat sebagai Anggota DPD RI yang seyogianya masih sampai 2024. Jika ditelusuri, kenapa demikian semua peran itu akhirnya teraih dan dipercayakan kepadanya, tentu karena WTP memiliki banyak kelebihan," ucapnya.
Menurut Pendeta Nelson Flores, minimal ada 5 catatan analisanya terhadap sosok WTP Simarmata.
Pertama, WTP didik oleh orang tuanya sebagai keluarga guru dan sintua di Simarmata, Kabupaten Samosir.
"Kenangan itu sering diungkapkannya bagaiman dia diasuh dan dipersiapkan dengan baik. Terlebih bagaimana menjelang SMP, dia harus naik sepeda pulang pergi Simarmata-Pangururan. Dengan itu, dia terlatih secara phisik, agar ketekunan, perjuangan dan kegigihan di tengah keterbatasan," tuturnya.
Kedua, waktu SMA, WTP yang bersekolah sealmamater dengan Nelson Flores Siregar di SMA Kampus Siantar, dimana sekolah itu salah satu sekolah unggulan serta rujukan di Sumatara tahun 1970-1980-an.
"Dari sana, ia melanjut ke STT Pematangsiantar," lanjut Nelson.
Sebuah kenangan yang tidak bisa terlupa, kata Nelson, bahwa hampir di setiap krisis yang terjadi, baik ketika krisis di STT yang berdampak harus dikeluarkan dari kampus tahun 1976-1979, dia ikut keluar bersama 136 orang calon sarjana teologia.
"Yang kemudian disebut mahasiswa penggembalaan, atau mahasiswa theologia in exile. Sikap dan solidaritas itu juga terjadi kemudian, ketika terjadi krisis HKBP dengan pemerintah yang menyebabkan selama 6 tahun pada 1993 hingga 1998, jemaat HKBP mempunyai dua kepemimpinan. WTP berada berada di pihak korban dan berada di luar. Tapi ketika HKBP bersatu dan melakukan rekonsiliasi, dia terpilih sebagai Sekjend dan termuda sepanjang sejarah HKBP," sambung Nelson Flores.
Keempat yang patut diteladani, WTP adalah tipe pemimpin yang berkarakter senyum, tenang, damai serta yang paling luar biasa sangat bagus mengenal serta mengingat orang .
"Karena itu dia selalu dengan gampang disenangi banyak orang baik orang Kristen maupun masyarakat mana pun," ujarnya.
Terakhir, sesudah WTP pensiun , dia tetap merawat persahabatannya serta mengembangkan kehadirannya ditengah generasi muda, mahasiswa dan gerakan keagamaan di NKRI ini.
Dengan demikian, WTP tetap dekat dengan GMKI sejak mahasiswa sampai sekarang. Terpilih menjadi DPD RI 2018 sampai 2004, WTP pun diketahui tetap menjalin persahabatan dengan tokoh politik terpilih, baik dengan PDIP dan tokoh Islam dan agama yang lain.
"Dengan demikian, dari semua kisah kehidupannya sangat terujud yang menegaskan, bahwa sikap seorang percaya adalah tidak jemu-jemu berbuat baik pada semua orang seperti yang tertulis di Galatia 6 ayat 1-10,"ungkap dia lagi.
Kendati demikian lanjut Nelson Flores, walaupun WTP terlalu dini pergi, tapi kehidupannya, pemikiran dan kipranya sudah menginspirasi banyak orang sebagai gerejawan dan negarawan.
"Walaupun tidak ada gading yang tidak retak, tapi sisi kebaikannya telah menjadi penghiburan bagi keluarga dan banyak orang. Terakhir, entah mungkin sudah dimohon dia persis meninggal pada hari Jumat,"tutup Nelson Flores, di kediaman nya di Peanature, Bahal Batu Siborongborong.