Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Meski larangan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) telah dicabut tanggal 23 Mei 2022 lalu, namun harga TBS di tingkat petani Sumatra Utara (Sumut) justru semakin anjlok dan sudah di bawah Rp 2.000/kg. Data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, harga TBS tertinggi di daerah penghasil sawit pekan ini hanya Rp 1.700/kg atau jeblok Rp 350/kg dari pekan lalu Rp 2.050/kg. Bahkan, ada daerah yang hanya mendapatkan harga Rp 1.350/kg. Padahal pekan lalu, harga terendah di daerah penghasil Rp 1.700/kg.
Secara rinci, harga TBS di 15 daerah penghasil sawit di Sumut pekan ini yakni:
1. Langkat Rp 1.450 dari sebelumnya Rp 2.050/kg
2. Deli Serdang Rp 1.400 dari sebelumnya Rp 1.700/kg
3. Serdang Bedagai Rp 1.700 dari sebelumnya Rp 2.000/kg
4. Simalungun Rp 1.700 dari sebelumnya Rp 1.950/kg
5. Batubara Rp 1.450 dari sebelumnya Rp 1.750/kg
6. Asahan Rp 1.500 dari sebelumnya Rp 1.800/kg
7. Labuhanbatu Utara Rp 1.500 dari sebelumnya Rp 1.850/kg
8. Labuhan Batu Rp 1.670 dari sebelumnya Rp 1.950/kg
9. Labuhanbatu Selatan Rp 1.700 dari sebelumnya Rp 2.000/kg
10. Padanglawas Utara Rp 1.520 dari sebelumnya Rp 2.030/kg
11. Padanglawas Selatan Rp 1.875 dari sebelumnya Rp 2.080/kg
12. Tapanuli Selatan Rp 1.400 dari sebelumnya Rp 1.800/kg
13. Tapanuli Tengah Rp 1.350 dari sebelumnya Rp 1.920/kg
14. Mandailing Natal Rp 1.450 dari sebelumnya Rp 1.800/kg
15. Pakpak Bharat Rp 1.560 dari sebelumnya Rp 1.950/kg
Untuk harga rata-rata TBS di daerah penghasil sawit di Sumut pekan ini juga melorot ke Rp 1.400 hingga Rp 1.875 dari pekan lalu Rp 1.700 hingga Rp 2.050/kg.
Menurut Ketua DPW Apkasindo Sumut, Gus Dalhari Harahap, banyak petani yang menjerit karena harga sawit yang terus amblas. Apalagi harga yang didapatkan sudah jauh dari harga keekonomian petani. "Kalau begini terus, petani bakal terus tergencet. Karena Pmerintah juga sepertinya diam saja dan tidak ada tindakan apa-apa. Padahal, pencabutan larangan ekspor CPO sudah mau sebulan. Tapi belum ada tanda-tanda harga sawit naik. Malah makin anjlok," katanya, Rabu (22/6/2022).
Gua mengatakan, petani berharap kondisi bisa segera normal. Karena harga yang didapatkan petani saat ini, semakin menjauhi level Rp 3.000-an/kg. Padahal, petani juga sudah mulai rugi bahkan sebelum larangan ekspor diberlakukan. Karena PKS sudah seenaknya mematok harga.
"Kami (petani-red) berpikir kondisinya akan lebih baik setelah larangan ekspor dicabut. Tapi kenyataannya justru lebih parah. Harga justru terus turun. Ini kenapa? Kemana pemerintah? Harga di petani bahkan sudah di bawah Rp 2.000/kg. Harus segera ada solusi untuk kondisi ini. Jika dibiarkan, nanti petani makan apa? Biaya operasional pun tidak akan tertutupi lagi," kata Gus.