Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Orang biasa yang pura-pura jadian dengan selebriti. Ini adalah sebuah premis yang sudah diperas habis-habisan. Anda melihatnya dalam Notting Hill. Anda melihatnya di serial Starstruck yang ada di HBO. Dan puluhan FTV dengan premis yang sama pasti pernah Anda lihat sekilas saat tayang di televisi swasta kita. Tapi ternyata di tangan yang tepat, premis yang klasik ini bisa menjadi tontonan yang menyenangkan. The Valet yang merupakan adaptasi film Prancis berjudul sama membuktikan itu.
Selebriti dalam The Valet bernama Olivia (Samara Weaving) yang sebentar lagi rilis film baru dan dia harus memastikan film tersebut laku atau kariernya akan hangus di Hollywood. Masalahnya Olivia sekarang sedang pacaran diam-diam dengan seorang pebisnis bernama Vincent (Max Greenfield, diculik dari serial New Girl) yang sudah beristri. Olivia sebenarnya sudah muak dan bersiap untuk mengakhiri hubungan ini. Tapi Vincent ngotot bahwa dia akan pisah dengan istrinya dan Olivia pun luluh. Kemudian ketika keluar dari hotel dia tidak sengaja bertabrakan dengan Antonio (Eugenio Derbez).
Tentu saja ada paparazzi yang mengintai. Tentu saja nasib karier Olivia ada di ujung tanduk. Dia pun akhirnya meminta Antonio untuk pura-pura menjadi pacarnya sampai filmnya rilis. Antonio yang seorang tukang parkir valet tadinya menolak. Tapi ia tahu mantan istrinya butuh uang dan apa salahnya pura-pura menjadi pacar selebriti selama beberapa saat?
Yang menarik dari The Valet adalah bagaimana film ini berusaha sekuat tenaga untuk menghindari semua klise yang ada di film-film sejenis. Usahanya rata-rata berhasil karena meskipun The Valet bungkusannya adalah romantic comedy, jiwa sesungguhnya film ini adalah tentang persahabatan dan juga penggambaran gap sosial. Ini menjadi sebuah commentary yang serius karena The Valet menggunakan karakter imigran/minoritasnya dengan maksimal. Yang kelihatannya hanya sekedar tempelan menjadi sebuah statement yang keras ketika Anda sampai di penghujung kisah.
The Valet mungkin tidak seromantis Notting Hill tapi ia tidak punya kekurangan bahan untuk membuat penonton terhibur. Ditulis oleh Bob Fisher dan Rob Greenberg, The Valet mengisi filmnya dengan adegan-adegan nyeleneh yang uniknya justru menjadi masuk akal. Ada subplot tentang kakek nenek yang berpacaran tapi dua-duanya tidak bisa berbahasa Inggris (yang perempuan LatinX, yang laki-laki orang Korea). Ada paparazzi yang berkompetisi tapi akhirnya menjadi bestie. Ada istri memata-matai suami yang ia curigai selingkuh. Dan tentu saja betapa absurd-nya konsep orang biasa berpacaran dengan selebriti. Semua hal ini diulek menjadi satu dan ternyata menjadikan The Valet menjadi tontonan yang asyik meskipun durasinya lumayan panjang untuk film drama komedi (dua jam-an).
Sebagai sutradara, Richard Wong lumayan menjalankan tugasnya dengan baik. Hampir semua jokes-nya berfungsi dengan baik. Baik humor verbal (seperti adegan Antonio dan teman-temannya memesan makanan di drive-thru atau adegan Olivia menginap untuk pertama kalinya di rumah Antonio) sampai humor visual (bagaimana Olivia mencoba menipu paparazzi) dieksekusi dengan oke. Ditambah dengan permainan yang kompeten dari para pemainnya, The Valet akhirnya menjadi hiburan yang berkualitas.
Weaving membuktikan berkali-kali bahwa dia adalah aktor yang bisa diandalkan. Kalau Anda menonton The Babysitter atau Ready Or Not, Anda pasti tahu bahwa Samara Weaving mempunyai comedic timing yang bagus. Meskipun dalam The Valet Weaving tidak diberikan banyak adegan komedi (karena perannya yang serius), tapi ia meyakinkan dan bisa mengimbangi Derbez. Yang penting, Weaving bisa membuat Olivia nampak tiga dimensional, bukan sekedar selebriti yang peduli dengan image saja.
Derbez, tentu saja, sebagai pemeran utama mempunyai tugas yang berat tapi ia sanggup melakukan perannya dengan baik. Ia mengunyah adegan komedi dengan sempurna (adegan pertama kali makan di restoran itu terbaik) dan ia bisa menyampaikan adegan dramatis dengan baik (adegan pemakaman tidak akan terasa sedalam itu tanpa penampilannya). Baik Derbez dan Weaving mempunyai chemistry yang baik pula sehingga film ini enak sekali dinikmati meskipun plotnya lumayan generik. dtc