Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
TERJADINYA kenaikan drastis harga pangan nasional selama beberapa minggu ini telah memberi tantangan nyata bagi pemenuhan konsumsi masyarakat Indonesia secara luas. Termasuk pada harga cabai, bawang hingga telur ayam.
Kenaikan harga sejumlah produk pangan, seperti mie instan dan makan olahan lain diperkirakan terus berlanjut sejalan naiknya harga komoditas. Kenaikan harga pangan tersebut turut mengerek tingginya nilai inflasi di sepanjang tahun ini.
Naiknya harga makanan olahan ini bukan hanya dipicu dari dari masalah bahan baku, tapi juga karena faktor semakin naiknya harga kemasan. Berdasarkan catatan statistik dari Kementerian Perdagangan Indonesia (Kemendag RI), harga telur ayam mengalami kenaikan dan dibanderol Rp 28.000 per kg. (Kemendag RI, 2022)
Seperti diketahui, untuk saat ini harga kemasan berbasis kertas maupun plastik ikut terkerek naik karena harga bahan dasar produk seperti minyak harganya sudah melambung tinggi. Pasca Idulfitri, ada beberapa pelaku usaha yang belum mentransmisikan kenaikan harga. Namun banyak produsen yang menaikkan harga dan tentunya berpengaruh kepada tingginya nilai inflasi.
Disinilah banyak analis ekonomi Indonesia yang berani memperkirakan kenaikan harga sejumlah pangan ini masih akan terus berlanjut sampai akhir tahun ini. Menyikapi naiknya kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) meminta kepada semua masyarakat dapat memaklumi terjadinya kenaikan harga pangan yang terjadi belakangan ini.
Sungguh sangat ironi jika pemerintah dalam hal ini Kemendag RI untuk menyatakan sikap maklum terhadap sengkarut masalah yang sangat merugikan pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia. Apalagi dengan kenaikan ini kemungkinan pelaku usaha akan terus melakukan sikap penyesuaian harga secara gradual.
Secara analisis ekonomi sederhana, terjadinya kenaikan inflasi akan berkorelasi dengan pertumbuhan kredit yang cukup tinggi. Sampai dengan April 2022, kredit perbankan tumbuh 9,1% secara tahunan (year on year). Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) memproyeksikan pertumbuhan kredit ini ada kecenderungan terus naik sampai akhir tahun 2022.inflasi tahun ini seperti target yang dipaparkan Bank Indonesia (BI) sebelumnya yakni sekitar 4,2% yoy. (Kemenkeu RI, 2022).
Dalam antisipasi, pemerintah mulai melakukan upaya pengendalian inflasi dengan menggelontorkan tambahan subsidi energi menjadi Rp. 520 triiun. Tapi perlu diperhatikan, subsidi yang dikaitkan dengan pupuk tidak banyak berubah sebesar Rp 25 triliun.
Dalam hal ini jelas perlu mengamankan pasokan pupuk karena banyak negara di dunia yang berebut bahan pangan, energi, dan pupuk karena bahan baku pupuk banyak dihasilkan di Rusia. Selain meningkatkan subsidi dan mengendalikan inflasi, pemerintah harus mengupayakan kepastian distribusi barang dari daerah dengan cara memperbaiki sistem informasi.
Hal ini dilakukan supaya distribusinya merata sehigga tidak ada kelebihan pasokan komoditas tertentu pada satu wilayah, namun pada wilayah lain ada kekurangan. Secara rasional meskipun pelaku usaha di sektor pangan sudah menaikkan harga jualnya, menilai, maka tidak serta merta menjadi keuntungan bagi pihak produsen.
Membangun Integratif
Secara umum,terpenuhinya ketersediaan pangan yang merupakan hal yang sangat penting mewujudkan ketahanan pangan yang baik bagi suatu rumah tangga. Ketahanan pangan menjadi rentan berhadapan dengan dampak bencana alam, termasuk bencana wabah penyakit seperti pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Penataan Postur APBN di Tengah Pandemi
Seperti data Food and Agriculture Organization (FAO), International Food Policy Research Institute (IFPRI) dan United Nation (UN) yang telah dipublikasi sejak masa awal pandemi, disana disebutkan jika dampak wabah Covid-19 dapat menyebabkan krisis pangan baru yang akan berdampak terhadap ketahanan pangan suatu negara, terutama bagi negara miskin dan berkembang (FAO, 2020).Apalagi wabah pandemi Covid-19 dapat menyebabkan gangguan sistem logistik global yang berpengaruh terhadap akses pangan.
Penguatan usaha pangan berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya yang dilakukan di tengah Covid-19. Upaya ini diharapkan selain dapat memotong rantai pasok logistik pangan yang panjang atau terhambat karena pembatasan jalur transportasi, tapi juga meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan lokal dengan harga yang terjangkau, sekaligus menciptakan wirausaha pangan di daerah.
Program yang dikembangkan terkait penguatan ketersediaan pangan diantaranya penguatan kelembagaan petani yang bergerak pada penyediaan dan distribusi pangan, fasilitasi bantuan subsidi transportasi bagi petani / kelembagaan para petani dan pelaku usaha pertanian dalam pengiriman barang /komoditas pertanian dari sentra produksi ke lokasi distribusi pangan; dan pengembangan kemitraan antara petani/kelembagaan petani penyedia pangan dengan pelaku usaha.
Secara taktis, sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau.Saat pandemi Covid-19 ini, pemerintah juga telah berupaya untuk menjamin stabilitas harga, ketersediaan, dan serapan bahan pangan pokok. Hal itu dilakukan dengan terus memastikan ketersediaan stok bahan pangan serta kelancaran sistem logistik pangan nasional.
Untuk dapat menjaga stabilitas harga pangan pada masa Covid-19 adalah dengan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) seperti melalui Toko Tani Indonesia (TTI). Kegiatan diharapkan menjaga stabilitas pasokan dan efisiensi rantai distribusi pemasaran sehingga harga pangan pokok strategis tetap terjaga kestabilannya.
Dalam implementasi ini, Toko Tani Indonesia yang saat ini menjadi Pasar Mitra Tani (PMT) turut berperan dalam menjaga ketersediaan dan kestabilan harga pangan di sekitar lokasi serta memperpendek rantai pasok pangan dari sentra produksi ke sentra konsumsi. Hal semacam ini akan dapat meningkatkan harga di petani dan menurunkan harga di konsumen.
Langkah Praktis
Dalam menata kebijakan taktis mencegah inflasi dan dampak besar dari kenaikan bahan pangan, pihak Kementerian Perdagangan dan Kemenerian Pertanian sejatinya harus melakukan serangkaian agenda terstruktur menyangkut penataan stabilitas harga pangan termasuk dalam pengendalian harga, pembiayaan petani dan padat karya pertanian, agenda temporary (menengah) dalam hal ini diversifikasi pangan lokal, supporting daerah-daerah defisit dan antisipasi kekeringan; ekstensifikasi tanaman pangan, pengembangan korporasi petani, dan pengembangan kapasitas dan kompetensi petani milenial.
Secara intensif, pemenuhan kebutuhan dan ketersediaan pangan berkaitan dengan permasalahan pemenuhan produksi pangan nasional antara lain alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian, rusaknya infrastruktur / jaringan irigasi; semakin berkurangnya tenaga muda pada sektor pertanian. Kemudian, mahalnya upah tenaga kerja pertanian, dan kurangnya daya dukung peralatan mekanisasi pertanian untuk mengatasinya, masih tingginya susut hasil panen (losses), ditambah belum terpenuhinya kebutuhan benih unggul bersertifikat dan pupuk sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta belum memenuhi kriteris enam tepat, lemahnya permodalan petani; dan harga komoditas pangan seringkali jatuh pada saat panen raya dan sulit memasarkan hasil panen merupakan wujud tantangan nyata dari penataan pangan secara nasional.
Untuk dapat terus menjamin terjadinya stabilisasi harga komoditas pangan secara ajeg, pemerintah memang harus dapat mengupayakan stabilitas produksi pangan melalui program khusus dan program peningkatan produksi dengan strategi tanam saat off season. Karenanya, dalam perspektif peningkatan produksi dengan strategi tanam saat off season, hal ini dapat terus ditingkatkan dengan mengintegrasikan teknologi tanam yang ada dengan hasil pengembangan potensi sumber daya pengairan (air).
Dengan strategi tanam off season maka ketersediaan pangan lebih terjaga di setiap waktu dan harga menjadi stabil. Selain itu, peningkatan produksi pangan dapat dilakukan melalui beberapa upaya antara lain pemberian bantuan sarana produksi (benih, pupuk, alsintan), peningkatan jumlah tenaga kerja sektor pertanian, meningkatkan sarana dan prasarana pertanian, penguatan kelembagaan petani, serta dorongan ekstensifikasi dengan cara memperluas dan merehabilitasi lahan tanaman pangan secara berkelanjutan.
Jika ini efektif dilakukan, maka bukan mustahil jika keuntungan produksi pangan dan terjangkaunya harga pangan dalam kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia.
====
Penulis Analis dan Peneliti Jaringan Studi Indonesia.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]