Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Madrid. Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson menegaskan dirinya tidak akan memboikot Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan digelar di Bali pada November mendatang. Johnson menyatakan dirinya akan tetap mengikuti KTT G20 meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin juga akan hadir nantinya.
Ditegaskan Johnson, seperti dilansir media Inggris, Independent, Jumat (1/7/2022), bahwa memboikot KTT G20 berarti sama saja memberikan panggung kepada Rusia sendiri dan menyerahkan peluang propaganda kepada pihak lainnya.
Prospek perselisihan luar biasa antara para pemimpin negara Barat dengan Presiden Rusia mencuat setelah Kremlin mengonfirmasi Putin akan menghadiri KTT G20 di Bali. Meskipun detail soal bentuk kehadiran itu belum ditentukan, di mana Putin memiliki opsi untuk hadir langsung atau hadir secara virtual melalui tautan video.
Berbicara kepada wartawan di sela-sela KTT NATO di Madrid, Spanyol, Johnson menilai 'sangat tidak mungkin' bagi Putin untuk hadir secara langsung.
Johnson juga bersikeras menyatakan tidak akan 'mengosongkan' kursinya sendiri dalam KTT G20 karena dia ingin membujuk para pemimpin dunia untuk memberikan lebih banyak dukungan bagi Ukraina, yang diinvasi Rusia sejak 24 Februari lalu.
"Saya akan sangat takjub jika Putin datang secara langsung. Dia sosok paria. Dia tidak pernah berada di luar Rusia selama lebih dari dua tahun. Saya pikir dia sangat tidak mungkin untuk pergi karena berbagai alasan," ucap Johnson.
"Itu pertanyaan yang sangat sulit soal G20. Iya, dia telah diundang secara resmi, saya pikir dia tidak akan datang," imbuhnya.
"Pernyataannya adalah apakah kita sebagai negara-negara Barat mengosongkan kursi kita di G20 dan menyerahkan seluruh argumen kepada China, kepada Rusia?" tanya Johnson.
Beberapa negara dalam kelompok ekonomi global utama, mencakup China, Afrika Selatan dan Brasil, telah memperjelas bahwa mereka mendukung keanggotaan Rusia dalam G20 meskipun adanya invasi ke Ukraina.
Lebih lanjut, Johnson menyatakan dirinya ingin tetap hadir untuk memenangkan dukungan negara-negara G20 yang masih bimbang untuk mendukung Ukraina usai invasi burtal Rusia.
"Apa yang bisa kita lakukan di tengah perkumpulan -- orang-orang yang melihat ke Ukraina dan memiliki perasan campur aduk? Kita perlu berbuat lebih banyak untuk memenangkan mereka, kita perlu menjelaskan posisi kita dan Anda tahu negara-negara siapa saja itu," cetusnya.
"Saya pikir jika Anda mengosongkan sesuatu seperti G20, Anda berisiko menyerahkan peluang propaganda kepada pihak lainnya," sebut Johnson mengingatkan.
Kanselir Jerman Olaf Scholz, pada Senin (27/6) lalu, bahwa dirinya belum memutuskan apakah akan menghadiri KTT G20 jika Putin juga hadir. "Pada akhirnya, kita harus membuat keputusan sesaat sebelum keberangkatan," ucapnya saat itu.
Sementara Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen melontarkan pandangan yang sama dengan Johnson bahwa KTT G20 'terlalu penting' untuk diboikot. "Kita harus mempertimbangkan dengan sangat hati-hati apakah kita akan melumpuhkan seluruh G20," ujar Von der Leyen awal pekan ini.dtn