Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Seorang anak remaja bernama Salvatore Unedo Silalahi, berusia 15 tahun dan masih duduk di bangku sekolah kelas 10 di Jakarta, baru-baru ini membekali puluhan anak muda di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut untuk belajar memasuki skill web IT (informasi teknologi), yang dilakukan secara gratis, di Hotel Glory, Tarutung.
Salvatore, yang berperawakan tidak terlalu besar dan tampil sederhana itu, memiliki bahasa ilmu dan berbicara sangat terukur, serta kecerdasan di atas rata-rata. Dia pun cukup mengomando sejumlah rekannya; volunteer (pengajar), guna memandu jalannya pelatihan.
Suasana tempat pelatihan pun sangat bagus dan dilengkapi peralatan laptop berspek tinggi, untuk menyesuaikan kebutuhan modul pelatihan.
Siapa Salvatore? Ternyata ibunya boru Hutabarat, yang juga berasal dari Tarutung. Terungkap, Salvatore justru menggunakan waktu libur sekolahnya untuk mengadakan sosialisasi di hadapan ratusan siswa-siswa dari 4 (empat) sekolah di Tapanuli Utara, masing-masing SMAN 1 Tarutung, SMAN 2 Tarutung, SMAN 3 Tarutung dan SMA S PGRI 20 Siborong-borong.
Kontribusi edukasi yang diusungnya bertajuk Staditek; sebuah program pengabdian masyarakat yang didirikan oleh Salvatore Unedo Silalahi sendiri.
Ibu dari Salvatore mengaku, anaknya telah menyukai bidang investasi dan IT sejak berumur 13 tahun. Salvatore adalah salah satu pemenang Olimpiade Science Nasional (OSN) SMA bidang Informatika 2021, saat Salvatore masih duduk di kelas 9 atau kelas 3 SMP.
Staditek adalah program edukasi IT gratis pertama di Indonesia, yang menyasar kalangan murid di daerah tertinggal dengan menyediakan tidak hanya tenaga pengajar tapi fasilitas yang dibutuhkan seperti laptop dan internet; agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.
Terpantau dalam pelatihan, Salvatore menyasar persiapan skill IT para pelajar Taput pada pekerjaan yang sekarang banyak diminati pasar kerja saat ini yaitu back end developer, front end developer, mobile developer dan full stack developer.
"Pada masa depan, saudara-saudara saya di daerah dapat memiliki kesadaran dan inisiatif menekuni dan berkarir IT, sehingga dapat memiliki pendapatan yang cukup untuk dapat memperbaiki perekonomian keluarga,"tukas Salvatore kepada jurnalis Medanbisnisdaily.com.
Anak dari Rotua Hutabarat ini mengatakan, masyarakat di daerah-daerah seperti perdesaan, sudah dimudahkan mengakses berbagai pelatihan gratis IT online di internet saat ini.
"Yang dapat memanfaatkannya tentu hanya anak yang memiliki komputer, namun bukan oleh mereka yang tidak memilikinya,"terangnya.
Menurut Salvatore, belajar otodidak dengan memanfaatkan berbagai sumber yang tersebar dan aneka ragam di internet cukup membingungkan. Jika tidak dituntun, maka belajarnya akan tidak efektif karena tidak mencapai target skill yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Cerita pun mengalir lagi, pilihan pertama Salvatore ke Tapanuli Utara (Tarutung) untuk melakukan pelatihan karena daerah ini merupakan kota asal Ibunya. Dia merasa terpanggil ingin memberikan sumbangsih ilmu dan waktu untuk membantu saudara-saudaranya di Bona Pasogit.
Dilaporkan, sebelum sosialisasi dilakukan, Staditek telah menyeleksi pelajar SMA di Tapanuli Utara, yang akan diberikan pembekalan skill web development selama 2 minggu di Tarutung.
Salvatore berharap akan tumbuh para generasi muda sadar IT di Tapanuli Utara, sehingga bisa menjadi influencer kepada saudara dan teman-temannya; memilih IT sebagai karir masa depan.
Lantas, kontribusi edukasi berkelanjutan dari Staditek akan mennargetkan untuk menghasilkan SDM IT di daerah-daerah, dengan tingkat ekonomi rendah.
Kendati demikian, Salvatore sedang merancang program agar para orangtua di daerah dapat memiliki mindset menjalankan pola asuh agar anak memiliki growth mindset, suka belajar otodidak seperti IT, suka explore dan berani mencoba hal baru.
"Belajar IT itu capek dan ngak mudah, karena itu harus tetap happy dan memiliki mindset pasti bisa dengan banyak belajar dan latihan, kata Salvatore yang bersyukur mendapatkan kesempatan bisa belajar banyak hal baru dan belajar memberikan dampak positif pada orang-orang yang tidak seberuntung dia.
Pasar Kerja
Ia merekomendasikan, setelah lulus dari berbagai modul pembelajaran di Staditek, para murid sudah memiliki kompetensi IT dalam mengerjakan suatu proyek pengembangan perangkat lunak, hingga nantinya terjun magang dan bekerja.
Lagi pula kata Salvatore, tidak perlu menjadi sarjana untuk berkarir di bidang IT, yang paling penting adalah belajar terus menerus dan berlatih materi yang tepat sasaran, sesuai dengan kebutuhan terbesar dunia kerja digital saat ini.
"Jika sudah bekerja, maka murid dapat secara mandiri berkuliah tanpa membebani orangtua. Apalagi kuliah IT sudah banyak sistem online setelah jam kerja sehingga tidak harus mengganggu waktu bekerja,"pungkasnya.
Gerakan Staditek, semua bisa belajar coding & pemrograman IT yang didirikan oleh Salvatore tentu untuk melayani
Demand yang tinggi terhadap tenaga kerja Informasi dan Teknologi (IT) di Indonesia maupun global.
"Jika tidak diimbangi dengan supply SDM TI yang memadai, bisa membuat jumlah pengangguran yang tinggi khususnya lulusan SMA/SMK dan kuliah tidak ter-utilisasi efektif,"kata Salvatore mengakhiri.
Sekedar data pembanding, berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2021, Indonesia masih kekurangan SDM IT, meskipun disisi lain berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif, Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan kisaran sebesar 90 persen.
Pada 2025 nanti, digital ekonomi Indonesia diperkirakan akan bernilai lebih dari 133 miliar dolar Amerika. Ini didukung dengan pertumbuhan e-commerce yang pada 2023 diperkirakan mencapai 9,3 persen dengan nilai 16 juta dolar Amerika.
Sementara, Menkominfo menyebut kualitas pendidikan bidang TIK Indonesia menempati peringkat ke-8 di Asia Tenggara. Kurikulum yang tidak updated, banyaknya lulusan TI yang tidak bekerja di sektor TI serta ada kesenjangan pemahaman di sektor pendidikan dengan perusahaan merupakan penyebab rendahnya SDM TI. Setiap tahun, ada lulusan sekitar 100 ribu mahasiswa yang siap pakai di industri teknologi informasi. Namun jumlah itu masih belum mencukupi.
Sementara, Data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), kebutuhan tenaga kerja digital sekitar 600 ribu orang per tahun dan masih belum bisa dipenuhi. Pada 2030 diperkirakan kebutuhan SDM di ekonomi digital mencapai 17 juta orang.