Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat.Tercatat pada Kamis (7/7/2022), harga tandan buah degar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara jual ke pedagang pengumpul (toke) di bawah Rp 1.000/kg. Harga itu dianggap tidak bersahabat setelah terjadi penurunan harga secara berangsur dari Rp 3.000-an, Rp 2.000-an dan terus turun ke Rp 1.500-an, yang akhirnya menyentuh level Rp 950/kg.
Contohnya, kalangan petani sawit di perbatasan Kecamatan Bahorok dengan Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, mereka terabsesi mendengar harga sawit mereka yang hanya dibandrol Rp 950/kg.
"Selain nilai jual sawit yang jauh menurun, jumlah produksi juga berkurang," ungkap Misran, petani sawit di Dusun Mayang Serekat, Desa Sei Musam Kendit, Kecamatan Bahorok, Langkat.
Diungkapkannya, dengan harga jual Rp 950/kg, petani harus mengeluarkan untuk upah pekerja panen dan angkut sawit Rp 250-Rp 450/kg.
"Tergantung jarak dari lahan ke tempat pengumpulan sawit, asil atau tempat transaksi jual. Bayangkan saja jika lokasi lahan jauh dan infrastruktur buruk, maka pemilik lahan mesti mengeluarkan rupiah yang tidak sedikit membayar jasa/upah panen dan lansir," ungkapnya.
BACA JUGA: Petani Sawit Sumut Menjerit, TBS Cuma Rp 760/Kg
Ditemui terpisah, Yanto, salah seorang pengepul/toke TBS di daerah itu mengaku bingung dengan penetapan harga dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Harga yang ditentukan PKS setiap harinya terus berubah.
Begitu juga ungkapan dari kalangan petani sawit di Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Langkat yang terbebani dengan harga jual sawit di bawah Rp 1.000/kg.
"Intinya petani terbebani, baik itu petani sawit dan petani bahan pangan maupun palawija, harga jual produk yang tidak sebanding dengan harga kebutuhan petani, seperti pupuk dan racun rumput maupun racun hama," ungkap Sawen, petani sawit di Dusun Kelantan, Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Langkat.