Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Dalam sepekan kedepan, pasar keuangan akan disuguhkan sejumlah data inflasi dari negara besar yang diproyeksikan bakal mencatatkan kenaikan. Inggris misalnya, inflasinya pada bulan Juni diproyeksikan mencapai 9,3%, Kanada 8,3%, dan zona Eropa berkisar 8,7%. Di waktu yang hampir bersamaan, Bank Sentral Eropa akan menentukan besaran bunga acuannya yang diperkirakan juga akan naik.
"Jadi sepekan kedepan sentimen pasar masih belum membaik dan masih berpeluang untuk menekan kinerja pasar keuangan. Rupiah dan IHSG pada dasarnya berpeluang untuk terkoreksi. Meskipun BI juga dijadwalkan akan menetapkan besaran bunga acuannya. BI sangat berpeluang mengerek kenaikan bunga acuan dari posisi 3,5% saat ini," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Minggu (17/7/2022).
Gunawan mengatakan, jika BI menaikkan bunga acuan nantinya, bukan berarti IHSG maupun rupiah lantas berpeluang untuk menguat tajam. "Saya justru melihat rupiah tidak akan beranjak jauh dari posisi 14.900 hingga 15.000/dolar AS. Dan tetap berpeluang untuk berada dalam tekanan, karena di dua pekan yang akan datang Bank Sentral AS diyakini akan menaikkan besaran bunga acuannya juga," katanya.
Jadi akan ada pertarungan besar di pasar jika BI dan Bank Sentral AS menaikkan bunga acuan nantinya. Dimana Bank Sentral AS akan membuat instrumen dalam dolar AS menarik, sementara kenaikan bunga acuan BI 7 DRR akan menahan capital outflow (aliran dana keluar) dari pasar keuangan domestik.
"Jadi pasar akan lebih banyak mengambil posisi wait and see di pekan ini. Pasar akan terus memantau data penting sejumah agenda besar dari banyak Negara besar. Saya menilai IHSG masih berpeluang untuk mengalami tekanan dan kembali mencoba level psikologis 6.600. Dan secara teknikal jika level tersebut mampu dilewati, maka peluang IHSG untuk turun ke level 6.500 cukup terbuka," kata Gunawan.
Terlebih, tambahnya, jika sentimen eksternal maupun internal semuanya menunjukkan realisasi data yang berpeluang menekan kembali kinerja IHSG. Dan fluktuasi pada pasar saham akan meningkat diantara waktu setelah BI menentukan besaran bunga acuannya, hingga Bank Sentral AS menentukan besaran bunga acuannya. Jadi ada pertaruhan besar, dan arah pasar juga bisa cepat berubah. "Jadi pelaku pasar harus berhati hati sebelum membuat kebijakan investasi," kata Gunawan.